Niti Sastra


Pengertian

Menurut kamus sansekerta susunan AA Macdonel! Niti berarti kebijaksanaan duniawi wordly wisdom) etika sosial politik, niti juga berarti menuntun. Sastra diartikan doa juga berarti pujaan (praise). Dalam kamus jawa kuna susunan mordi warsito, Niti berarti kelakuan, pedoman hidup, kesopanan siasat negara (kebijakan) politik, ilmu tata negara, sedangkan sastra berarti kitab pelajaran atau ilmu pengetahuan.

Pandangan DR. Rajendra Mishra pengetahuan Niti Sastra adalah upadesa karya yaitu karya sastra yang bersifat mendidik, memimpin atau membimbing. Nitisastra berasal dari kata Niti dan SastraNiti berasal dari kata ni + ktin menjadi nitih. Niyate anaya iti nitih. berarti dibimbing ,dipimpin,dituntun sedangkan sastra berarti ilmu pengetahuan. Artinya dengan ilmu pengetahuan orang dibimbing, dipimpin, dituntun kearah kebijaksanaan dunia, kejalan kebenaran, dituntun kearah cinta bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pengertian etimologis diatas maka pengertian Niti Sastra dapat diperluas lagi menjadi ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara baik dari segi tata negaranya, tata pemerintahan dan tata kemasyarakatan (dhanna negara). Bahwa Niti Sastra juga mengandung ajaran kepemimpinan juga bersitat umum dan praktis berlandaskan ajaran agama Hindu. Perlu dijelaskan Niti Sastra ini bukanlah ilmu pengetahuan yang hanya untuk kalangan negarawan atau politisi saja tetapi juga untuk setiap orang dalam rangka memantapkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Nitisastra mengajarkan kesadaran warga negara kepada hukum, kekuasaan dan kebijaksanaan negara, mengajarkan pula jiwa patriotism, kesadaran untuk membela bangsa dan negara. Penulis Niti Sara adalah seorang Brahmana bernama Canakya, juga dikenal dengan nama Visnugupta atau Kautiliya. Beliau adalah seorang brahmana yang hebat mempunyai pemikiran yang suci dan dapat menghancurkan kekuatan raja Nanda. Berdasarkan keterangan inilah didapat bahwa Visnugupta atau Canakya sama dengan Kautiliya.

Mengingat ruang lingkup Niti Sastra demikian luasnya maka pada uraian berikut kami batasi pada konsep ajaran kepemimpinan Hindu seperti : Catur Pariksa, Panca Stiti Dharmaneng Prabhu, Astha Bratha, Panca Dasa Paramiteng Prabhu dan Nawa Natya.

A. CATUR PARIKSA

Catur Pariksa sering disebut dengan nama Catur Upaya Naya Sandhi. Dalam Niti Sastra Sarjinh 11.3 : dalam bentuk ke kawin : Dhana wisesa ring catur upaya Lene-kenekaheh rinji sama bheda danda trayaningdhana tnhhana karna sang maharcp musuh catur upaya juga kena-kena byakta kasoraning ripu. balanta maealak ring ayun. Artinya : Dari keempat macam alat Uang yang paling utama, jika tiada uang akan sia-sia penyelesaian perselisihan dengan damai (sama), maupun usaha memecah belah (bheda) atau dengan kekerasan (perkosa). Mereka yang akan pergi perang harus mengunakan keempat alat itu juga (dhana, sama, bheda dan dandha) pasti musuh dapat ditundukkan oleh bala tentara, jika mereka maju dengan gagah berani.

1. Dhana berarti uang, dapat pula berarti pemberian, bermurah hati.

Seorang pemimpin harus rela memberikan dhana bantuan menolong sesama dengan ikhlas. Mengusahakan sandang, pangan, papan/perumahan untuk dapat memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Sama adalah seorang pemimpin harus berbuat adil, berbuat dan memandang sama kepada seluruh anggota/bawahannya. Setiap orang adalah insan hamba Tuhan, oleh karenanya diberikan kesempatan dan hak yang sama untuk maju dan berkembang.

3. Bheda adalah seorang pemimpin dapat mengatur/memelihara tata tertib, disiplin, mengendalikan pemerintahan termasuk dengan latar belakang agama yang berbeda-beda, anak buah yang tekun dan rajin dapat imbalan yang seimbang, anak buah yang malas dan membangkang dapat diberi hukuman.

4.Danda  adalah seorang pemimpin harus tegas, berani mengambil tindakan bila perlu, hukuman bagi yang melakukan pelanggaran.

Ketegasan, keberanian mengambil tindakan/keputusan adalah sikap seorang pemimpin walaupun penuh resiko memberikan hukuman bagi siapapun yang berbuat salah dengan penuh rasa keadilan.

B. PANCA STITI DHARMANING PRABHU

Panca Stiti Dharmaning Prabhu ini merupakan wejangan ajaran dari Arjuna Sastra Bahu, bahwa seorang pemimpin harus melakukan tindakan/melaksanakan tugas sebagai berikut:

1. Ing Arsa Asung Tulada, yang artinya didepan anak buah selalu memberi suri teladan/contoh untuk melakukan perbuatan yang baik dan memberikan semangat pengabdian yang luhur untuk kepentingan nusa dan bangsa.

2. Ing Madya Mangun Karsa, bila berada ditengah-tengah anak  buah memberikan penerangan/penjelasan dan membangkitkan semangat mereka dan membangun kemauan untuk maju berprestasi lebih baik

3. Tut Wuri Andayani, berarti melepas anak buah dan mengikuti dan belakang sambil melihat kemajuannya juga memberikan arahan apabila ada penyimpangan dari tugas dan kewajiban yang harus dilakukan.

4. Maju Tanpa Bala, relakan mereka maju sendiri, mengembangkan diri dengan penuh inisiatif.

5. Sakti Tanpa Aji, artinya setelah berhasil melaksanakan tugas janganlah terlalu rnengharapkan balas jasa atau tanpa pamrih.

Pada kepemimpinan Pancasila sekarang ini hanya diambil dan nomor 1 s/d 3 sedangkan nomor 4 dan 5 tidak dipakai oleh tokoh pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro.

C. ASTABRATHA

Didalam Manawa Dharma Sastra atau Weda Smrti (atha sapta mo dhayah) bukuVII, 4 :

Indra Yanmarkanam agnisca warunasyaca, candra wittesa yuscaiwa matra nirhtyasaswatih

Artinya : Untuk memenuhi maksud tujuan itu Raja/pemimpin harus memiliki sifat-sifat pertikal yang kekal dari pada Dewa Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Candra, Kuwera.

Sebagai pembanding didalam kekawin Ramayana Sargah XXIV sloka 52 yang mengandung ajaran astabratha sebagai berikut :

Hyang Indra, Yama, Surya, Candra,Anila, Kuwera, Baruna, Agm nakan wwalu, sirata waka angga sang Bupati, matang nirainisti asta bratha

Artinya : Brata dewa Indra, Yama, Surya. Candra, Kuwera, Nila, yang seharusnya dihayati oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa raganya.

Selanjutnya marilah kita simak apa yang tersirat dalam Manawa Dharmasastra Bab IX sloka 303 sebagai berikut:

Indrasyarkasya pritiwyasca

yamasya warunasya ca

candrasyagneh pritiwyasca

tejowritam nripascaret

Artinya : Hendaknya Raja berbuat seperti perilaku yang sama dengan Dewa Indra, Surya, Wayu, Yama Waruna, Candra, Agni dan Prithiwi.

Sloka 304:

Warsikamscaturo nasanyalha

Indro bhiprawarsati,

tathabhiwarsetsmam rastra

kamair indrawratam caran

Artinya: Laksana Indra yang mengirimkan hujan yang berlimpah selama empat bulan di musim hujan, demikianlah raja menempati kedudukan indra dengan menghujankan keuntungan bagi kerajaannya.

Sloka 305 :

Astau masyanyathadityastoyam

hariti rasmibhih

tatha haretkaram rastran

nityamarka wratam hitat

Artinya : Laksana Surya, selama delapan bulan menyerap air melalui sinar-sinarnya dengan tidak terlihat demikianlah hendaknya ia dengan perlahan-lahan menarik pajak dari kerajaannya, karena inilah kedudukan yang menyerupai matahari.

Sloka 306:

Prtawisya sarwabhautani yatha

carati-marutah,

tatha caraih prawestawyam

wratametaddi marutam

Artinya : Laksana wayu bergerak kemana-kemana masuk merupakan nafas bagi seluruh mahluk hidup, demikianlah hendaknya ia melalui mata-matanya masuk kemana-mana kedudukannya menyerupai angin.

Sloka 307:

Yatha yamah priya dwesyau 

prapte kaleniyacchati,

tatha rajna nyantawyah 

prajastaddhi yamawratam

Artinya : Laksana Yama pada saatnya berkuasa baik kepada teman-temannya maupun kepada lawan-lawannya demikianlah hendaknya semua rakyatnya dikuasai oleh raja, demikianlah kedudukannya menyerupai Dewa Yama.

Sloka 308:

Warunena yatha pasair  

badha ewabhiddreyate,

tatha papannigrihniyad

wrtametaddl warunam

Artinya : Laksana orang-orang berdosa tampak terikat tali oleh waruna, demikianlah hendaknya ia menghukum orang-orang jahat itu, itulah kedudukannya yang menyerupai Waruna.

Sloka 309:

Paripurnam yatha candram

drasfwa hrsyanti manawah,

tatha prakritayo yasminsa

candrawratiko, nripah

Artinya : la adalah raja yang menduduki tempatnya Dewi Candra, yang rakyat menyambut kehadirannya dengan penuh senang hati laksana orang-orang bersenang-senang melihat bulan purnama.

Sloka 310:

Pratapa yuktasstejaswi nityam

syat papa karmasu

dustasamantahimsrasca

tadagneyam wratam smritam

Artinya : Bila ia bersemangat menumpas penjahat dan memiliki kekuatan-kekuatan cemerlang serta menghancurkan penguasa-penguasa daerah yang jahat. maka sifatnya dikatakan sama dengan agni.

Sloka 311:

Yatha sarvvani bhutani

dharadharayata samam,

yatha sarwani bhutani bibratah 

parthiwam wratam

Artinya : Laksana bumi menunjang semua mahluk hidup sama rata, demikianlah hendaknya raja terhadap rakyatnya, dalam menduduki tempatnya dewi pertiwi.

Sloka 312:

Etairupayairanyaisca

yukto nityamatandri tah,

stenan raja nigrihniyat

swarastre para ewa ca

Artinya : Dengan mempergunakan cara-cara dan sifat-sifat ini, raja tanpa jemu- jemunya akan mengendalikan pencuri-pencuri baik dinegerinya sendiri maupundinegeri orang lain.

D. PANCA DASA PARAMITENG PRABHU

Ajaran ini bersumber dari ajaran kepemimpinan Maha Wira Gajah Mada yakni ketika kerajaan Majapahit mencapai kejayaannya. Ajaran kepemimpinan Gajah Mada ini terdiri dari lima belas ajaran yang disebut dibawah.

1. Widnya

Widnya adalah ajaran yang mengajarkan bahwa seorang pemimpin baik pemimpin negara maupun pemimpin agama atau pun pemimpin dibidang lainnya agar senantiasa bersikap tenang dan bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan atau dalam melaksanakan tugas kewajibannya. Pemimpin harus bertindak benar, sebab kebenaran dapat memberikan kekuatan penerangan dan semangat hidup. Pemimpin yang arif  bijaksana adalah pemimpin yang dapat melihat semua bawahannya sama sebagai insan ciptaan Tuhan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mempraktekkan ajaran tat twam asi. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan budi pekerti ini tidak mencapai aku. Wahai parantapa, kembali kejalan dunia inkarnasi.(Bg. Gita, IX.3).

2. Mantriwira 

Mantriwira merupakan ajaran untuk memupuk jiwa yang teguh untuk berani membela kebenaran dalam keadaan bagaimanapun juga. Karena kebenaran adalah sumber dari kekuatan dan cahaya terang dalam hidup. Ketahuilah bahwa semua dosa dan kejahatan adalah bersumber dari, kelemahan oleh karenanya jangan biarkan kelemahan itu menjangkiti tubuh maka segala tugas dan kewajiban akan mencapai kebahagiaan.

Sri Kresna berkata kepada Arjuna: “Tugas dan kewajiban akan mencapai tujuan kebahagiaan jangan biarkan kelemahan itu oh partha sebab itu tidak sesuai bagimu, enyahkanlah rasa lemah dan kecut itu. bangkitlah oh pahlawan Jaya”

3. Wicaksanen naya

Berlaku bijaksana didalam segala tindakkan. Kebijaksanaan inilah yang menempatkan Patih Gajah Mada selalu tepat dalam pergaulan baik dalam kalangan pejabat maupun di tengah rakyat. Dengan kebijaksanaan ini pula, Patih Gajah Mada menempatkan Majapahit bukan sebagai penakluk, tetapi sebagai pengayom negara-negara lain dikawasan Nusantara.

4. Natangwan

Dapat dipercaya. Pribadi patih Gajah Mada yang patut dijadikan teladan adalah karena ia tidak pernah mengabaikan kepercayaan rakyat yang telah dilimpahkan kepadanya. Karena rasa tanggung jawabnya yang besar dan kepercayaan itu tak pernah tergoyahkan.

5. Satya Bhakti Aprabu

Sifat setia dengan hati yang tulus dan iklhlas kepada negara dan pemerintahan. Lebih kurang setengah abad lamanya (1319- 1364) patih Gajah Mada selalu penuh pengabdian dan kesetiaan.

6. Wagmi Wak Fash

Mengutarakan pendapat, khususnya dalam mempertahankan argumentasi berdasarkan kebenaran yang ada dan keahlian.

7. Sajarwopasana

Tingkah laku yang memperlihatkan kerendahan hati, berwajah cerah, tulus ikhlas, jujur dan sabar. Sifat ini memang hams dimiliki bila seseorang menjadi politikus yang berderajat tinggi. Seorang diplomat sejati melatih diri agar menguasai dan menghayati sifat-sifat tersebut.

8. Dirotsaha

Selalu bekerja rajin dan tekun dilandasi keteguhan hati. Didalam hati yang teguh kelihatan pula keberanian dan kesetiaan.

9. Tan lalana

Berketepatan hati, tahan uji dan tak mudah terombang ambing oleh keadaan sekitar. Dengan ketabahan dan ketawakalan ini menyebabkan patih Gajah Mada dikenal sebagai tokoh negarawan yang ulet dan berhati baja.

10. Diviyacita

Selalu berhati terbuka dalam hubungan dengan orang lain, selalu siap mendengarkan pendapat dan pikiran orang lain meskipun terhadap pendapat yang bertentangan dengan pendapat pribadinya.

11. Tan Satrsna

Tidak menonjolkan ambisi. Dengan sifat ini, Patih Gajah Mada tidak ingin di Dewa-dewakan. apabila menikmati kesenangan duniawi secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku.

12. Asihi Samastabhuwana

Mencintai dunia dengan seluruh isinya. Sifat ini berpangkal tolak dari keyakinan filsafat bahwa segala yang ada didunia ini hanyalah bersifat fana dan sementara, PatihGajah Mada mencintai dunia karena menyadari keterbatasan, disamping meyakini bahwa dengan mencintai dunia dan isinya berarti pula mencintai Maha Pencipta yangmenjadikan dunia beserta segenap isinya.

13. Gineng Pratidina

Selalu mendahulukan yang baik dan menyingkirkan yang buruk, sifat ini nampaknya timbul dari keyakinan Karmaphala yang mengajarkan bahwa siapapun yang menanam kebaikan ia akan memetik buah yang baik pula, dan sebaliknya siapa yang bersalah.kelak akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya.

14. Sumantri

Sifat untuk menjadi petugas Negara yang sempurna didasari itikad yang baik. Tanpa memperhitungkan posisinya. Gajah Mada selalu berbuat yang terbaik. Hal ini yang mengakibatkan keberhasilannya sejak ia menjadi magang. melalui mekal hingga menjabat patih.

15. Hanayaken Musuh

Selalu bertindak tegas menghadapi lawan. Bila perlu lawan yang membahayakan harus dimusnahkan. Sebaiknya untuk mereka yang menunjukkan kesetiaan kapada negara. Patih Gajah Mada selalu memberikan penghargaan dan bimbingan. Demikian uraian tentang Panca Dasa Paramitheng Prabhu dari kepemimpinan Maha Patih Gajah Mada pada masa jaman keemasan kerajaan Majapahit

E. NAWA NATYA

Dalam lontar berbahasa jawa kuno yang berjudul Nawa Natya diperoleh penjelasan, bahwa seseorang Raja/Pemimpin itu dalam memilih para pembantu-pembantunya (paraMenteri). Raja atau pemimpin itu harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan inidiibaratkan memilih segunung bibit bunga yang harum baunya, indah warnanya, yangtidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama. memberikan kepuasan bagi yang melihat maupun yang menggunakannya. Demikian seseorang raja (pemimpin) dalammemilih pembantu-pembantunya seperti memilih segunung bibit bunga itu. Adapunorang-orang yang patut dipilih sebagai pemimpin menurut lontar Nawa Natya adalah sebagai berikut :

1. Pradnya widagda

Pradnya widagda artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu pengetahuan. Orang yang mampu menjadikan ilmu sebagai alat untuk memperkuat diri dan mampu menjadikan dirinya seorang bijaksana inilah yang disebut pradnya widagda.

2. Parama artha

Parama artha artinya orang yang memiliki cita-cita mulia dalam hidupnya, adalah orang yang dalam mencari sumber hidup dan kehidupan melalui bhakti pada Tuhan dan mengabdi pada sesama dengan penuh cinta kasih. Dari bhakti-nya pada Tuhan dan pengabdiannya pada sesama itulah mereka mendapatkan sumber hidup dan kehidupan.

3. Wira Sarwa Yudha

Wira Sarwa Yudha artinya pemberani dalam menghadapi pertempuran, baik dalam keadaan perang ikut berperang maupun dalam keadaan damai tidak takut menghadapi masalah yang terjadi dalam melakukan tugas-tugas kepemimpinan. Pemimpin itu jangan lari dari persoalan yang dihadapi dalam pekerjaannya. Setiap persoalan yang timbul hendaknya diselesaikan secara baik  atau berbadasarkan kebenaran dan menuju kebenaran.

4. Dirotsaha

Dirotsaha artinya teguh dan tekun dalam berupaya. Dirotsaha berasal dari kata dira artinya teguh atau tekun dan utsaha artinya berupaya. Keteguhan dan ketekunan itu bukanlah suatu keangkuhan, namun didasarkan pada kuatnya rasa bhakti pada Tuhan dan disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan memberikan petunjuk pada mereka yang teguh dan tekun berusaha untuk menemukan kebenaran.

5. Pragi Wakya

Pragi Wakya artinya pandai menyusun kata-kata dalam pembicaraan. Salah satu tugas seorang pemimpin adalah menyampaikan buah pikirannya dalam suatu pembicaraan dengan pihak lain secara jelas, lugas, tepat dan teliti. Pragi wakya akan diperoleh melalui kegemaran membaca dan latihan-latihan berbicara.

6. Sama Upaya

Sama Upaya artinya taat pada janji. Janji adalah mahkota yang menentukan wibawa seorang pemimpin. Karena itu, pemimpin tidak boleh sembarang berjanji.. Kepercayaan adalah napas bagi seorang pemimpin.

7. Lagha Wangartha

Lagha Wangartha artinya orang yang tidak memiliki pamrih pribadi yang sempit, karena keyakinan nya sangat mendalam tentang kebenaran ajaran karma phala. Karena hanya perbuatan yang baiklah yang akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu, berkonsentrasilah untuk selalu berbuat yang baik sesuai dengan swadharma.

8. Wruh Ring Sarwa Bhastra

Wruh Ring Sarwa Bhastra artinya tahu mengatasi kerusuhan, mirip dengan ilmu “manajemen krisis” dewasa ini. Seorang pemimpin harus sudah memperhitungkan semua kemungkinan tersebut dan harus sudah memiliki berbagai upaya dan konsep pencegahannya.

9. Wiweka

Wiweka artinya kemampuan untuk dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang tepat dan mana yang kurang tepat. Juga mampu mengambil sikap mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting, dan seterusnya. Hal ini tidak dapat diperoleh hanya dengan membaca buku saja, namun harus dilakukan melalui latihan-latihan yang tekun dalam masyarakat di samping itu harus juga ada bakat.

Daftar Pustaka

Pudja MA dan Tjokcorda Rai Sudharta MA. Manawa Dharma Sastra atau WedaSmerti. Departemen Agama RI 1976/1977

Dharmayasa, Canakya Niti Sastra, Dep. Agama RI 1972

Parisada Hindu Dharma Pusat, Niti Sastra dalam bentuk kekawin 1982/1983

Tim Penyusun, Hanuman Sakti, Buku Pelajaran Agama Hindu untuk perguruanTinggi, Jakarta 1994

Drs. Wayan Mertha Sutedja BA, Dasar – dasar kepemimpinan Tradisional Di Bali,CV, Sumber Mas bali 1978

Drs.G.K.Adia Wiratmaja, Leadership : Kepemimpinan Hindu

Ketut Pasek, Ketut Wiana, Ida bagus Made jaya Semara. Niti Sastra Proyek Pembinaan Mutu Pendidikan Agama Hindu dan Budha Dep. Agama RI. CetakanI/1982

Prof.Dr.Tjokcorda Rai Sudharta MA. Asta Brata dalam Pembangunan. PenerbitPrasasti Jakarta 1992

Drs. I Nengah Wadrana. Konsepsi Penerapan Kepemimpinan Asta Brata dalam peningkatan pelaksanaan Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Kantor WilayahDepartemen Agama Propinsi Jabar Skripsi/ 1985

Tim Penyusun, Buku Pedoman Dosen Agama Hindu, Hasil Rumusan PenyusunanPedoman Pendidikan Agama Hindu Diperguruan Tinggi Umum 1995/1996, Dep.Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Jakarta1998/1999

9 Syarat Pemimpin dalam Niti Sastra

Gallery

This gallery contains 1 photo.


Dalam lontar berbahasa jawa kuno yang berjudul Nawa Natya diperoleh penjelasan, bahwa seseorang Raja/Pemimpin itu dalam memilih para pembantu-pembantunya (paraMenteri). Raja atau pemimpin itu harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diibaratkan memilih segunung bibit bunga yang harum baunya, indah warnanya, … Continue reading