Pendaftaran STAN Jakarta


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada dalam naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli-tenaga ahli di bidang keuangan negara dengan spesialisasi tertentu seperti Akuntansi, Perpajakan, Pajak Bumi dan Bangunan/Penilai, Kebendaharaan Negara, Kepabeanan dan Cukai, dan Kepiutanglelangan. Oleh karena itu, para lulusan dibekali pengetahuan dan keterampilan serta keahlian profesional sesuai dengan spesialisasinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai dan mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

Melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 71/KMK.05/2008 tanggal 31 Maret 2008, STAN ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Alamat Kampus

Jl. Bintaro Utama Sektor V, Tangerang Selatan
Banten – Indonesia 15223

Telepon : (021) 7361654-58

Faksimili: (021) 7361653

Kementerian Keuangan Republik Indonesia akan menerima putra dan putri Warga Negara
Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dengan
spesialisasi sebagai berikut:
1. Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
2. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
3. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Anggaran/Kebendaharaan Negara
4. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pajak
5. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
6. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pajak Bumi dan Bangunan
7. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi
A. LOKASI UJIAN SARINGAN MASUK (USM)
USM akan diselenggarakan di lokasi-lokasi berikut:
1. Jakarta
2. Banda Aceh
3. Medan
4. Padang
5. Pekanbaru
6. Jambi
7. Bengkulu
8. Palembang
9. Bandar Lampung
10. Cimahi
11. Semarang
12. Yogyakarta
13. Surabaya
14. Malang
15. Denpasar
16. Mataram
17. Kupang
18. Pontianak
19. Banjarmasin
20. Balikpapan
21. Manado
22. Palu
23. Makassar
24. Ambon
25. Sorong
26. Jayapura
B. SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN
1. Berijazah Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) semua Bidang Keahlian tahun 2008,
2009, atau 2010.
2. Nilai rata-rata “Ujian Tulis [gabungan antara Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) dan
Ujian Akhir Sekolah (UAS)]” pada Ijazah (untuk lulusan tahun 2008 dan 2009) atau pada
Ijazah/Ijazah Sementara/Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU)/Surat Tanda Lulus (STL)
(untuk lulusan tahun 2010) tidak kurang dari 7,00 (tujuh koma nol nol) dan nilai
tersebut bukan hasil pembulatan.
3. Bagi pendaftar (calon peserta USM) yang menggunakan ijazah dari sekolah luar negeri,
ijazah yang bersangkutan harus disahkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
4. Umur berdasarkan tanggal lahir yang tercantum dalam Ijazah/Ijazah
Sementara/STL/SKHU tidak lebih dari 21 tahun pada tanggal 1 September 2010
(dalam pengertian bahwa yang lahir sebelum tanggal 1 September 1989 tidak
diperkenankan mendaftar).
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
-2-
5. Tidak cacat badan dan bebas dari narkoba (narkotika dan obat terlarang).
6. Belum menikah dan bersedia untuk tidak menikah selama mengikuti pendidikan.
7. Khusus untuk Program Diploma III dan I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai,
ditambahkan persyaratan sebagai berikut:
a. Berjenis kelamin laki-laki;
b. Tinggi badan minimal 165 cm;
c. Tidak buta warna;
d. Bagi yang memiliki mata minus, tingkat minus mata yang diperbolehkan maksimal
adalah minus 3 dan tidak silindris;
e. Bagi mereka yang dinyatakan lulus ujian tertulis, harus mengikuti dan lulus tes
kesehatan dan kebugaran yang tempat pelaksanaannya akan diumumkan lebih
lanjut.
8. Menyetor biaya USM sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) ke
rekening “Bendahara Administrasi Keuangan BLU STAN” di Bank Mandiri Kantor
Cabang Jakarta Bintaro Jaya Nomor Rekening 128-00-0554888-5, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Setoran dapat dilakukan di setiap bank umum;
b. Periode penyetoran adalah tanggal 28 April 2010 s.d. 4 Juni 2010;
c. Bukti setor harus atas nama calon peserta ujian;
d. Panitia tidak menerima bukti setor kolektif;
e. Bukti setor harus disahkan/divalidasi petugas bank (tidak melalui ATM, Phone
Banking, Internet Banking, dan lain-lain);
f. Uang yang telah disetor tidak dapat diminta kembali dengan alasan apa pun;
g. Biaya yang ditimbulkan akibat penyetoran uang pendaftaran adalah tanggungan
pendaftar (calon peserta ujian).
C. TATA CARA PENDAFTARAN
1. Pendaftaran dilaksanakan pada hari kerja jam 09.00 – 15.00 waktu setempat, tanggal 10
Mei 2010 s.d. tanggal 4 Juni 2010.
2. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di lokasi pendaftaran atau di-download melalui situs
http://www.depkeu.go.id, http://www.bppk.depkeu.go.id dan http://www.stan.ac.id.
3. Pada saat mendaftar, pendaftar (calon peserta ujian) harus menyerahkan secara lengkap
berkas-berkas pendaftaran sebagai berikut:
a. Formulir pendaftaran yang telah diisi secara lengkap;
b. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar;
c. Asli bukti penyetoran uang ujian saringan masuk dari bank yang dimaksud pada
syarat pendaftaran (lihat huruf B nomor 8) beserta fotokopinya sebanyak 1 (satu)
lembar;
d. 1 (satu) lembar fotokopi Ijazah/Ijazah Sementara/STL/SKHU yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Sekolah/pejabat berwenang;
e. 1 (satu) lembar fotokopi kartu identitas diri (KTP, SIM, kartu pelajar, atau kartu
identitas lainnya yang masih berlaku).
4. Pilihan Spesialisasi:
a. Pendaftar (calon peserta ujian) harus menentukan 3 (tiga) pilihan Spesialisasi
berdasarkan urutan prioritas dan ketiga pilihan tersebut tidak boleh sama.
b. Penentuan spesialisasi bagi peserta ujian yang dinyatakan lulus didasarkan atas
pilihan sesuai dengan ketentuan pada butir C.4.a. dan Panitia Penerimaan
Mahasiswa Baru berwenang untuk mengalokasikan peserta yang dinyatakan lulus
ke spesialisasi lainnya.
5. Pendaftar (calon peserta ujian) wajib menyerahkan sendiri berkas pendaftaran di lokasilokasi
pendaftaran yang dapat dipilih sendiri

Pura Satya Dharma Putra, Klaten


Pura terakhir yang dikunjungi oleh rombongan yaitu Pura Satya Dharma Putra yang terletak di Desa Jiwan, Kecamatan
Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pura ini terletak di pelataran gunung merapi di sebelah utaranya.
Perkembangan Hindu di daerah Jiwan ini dimulai pada tahun 1970 an, dan akhirnya pada tahun 1991 berdirilah Pura Satya
Dharma Putra ini.

Pembangunan pura dilakukan secara bertahap dengan dilandasi oleh kekeluargaan dan gotong royong.
Secara umum, bangunan pura juga memiliki 3 bagian utama yaitu utamaning mandala, madyaning mandala, serta nistaning
mandala.
Candi bentar menghiasi pintu masuk dari jaba ke madyaning mandala, sedangkan candi kurung merupakan pintu masuk ke
utamaning mandala, semuanya berbahan batu pasir halus hitam yang dibuat menjadi batu.
Yang unik dari bangun pura di tanah ‘jawa’ adalah hampir semuanya memiliki 3 pelinggih utama di utamaning mandala.

Sama juga dengan pura ini, terdapat Pelinggih Padmasana di tengah, kemudian Pelinggih Ratu Penglurah di sebelah kiri
Padma, serta Pelinggih Hyang Siwa di sebelah kanan Padmasana.
Adanya pendopo di utamaning mandala dengan bangunan khas jawa yang langsung menhadap ke bangunan Padmasana.
Pemangkunya sendiri dalam menghaturkan dan memandu acara persembahyangan menggunakan aksara jawa yang diiringi
dengan kekidungan dalam bahasa jawa pula, seperti kidung turun tirta dalam versi bahasa jawa.
Menurut Mbah Suparsi, salah seorang sepuh dan pengempon pura ini menceritakan sedikit tentang perjuangan masyarakat
hindu disana dalam menjaga eksistensi hindu serta bagaimana kemudian berkembangnya hunduisme.
Beliau menuturkan, memang kalau dilihat secara jumlah, pemeluk agama hindu bisa dibilang merupakan minoritas, namun
apabila dilihat lebih jauh, yang masih menerapkan ‘tradisi’ hindu atau yang dibiling beliau dengan istilah hinduisme bisa
dibilang sangat banyak.
Inilah yg mungkin dibilang sebagai islam hanya di-ktp saja.
Beliau menuturkan bahwa pengempon pura saat ini sekitar 400 an orang yang tersebar disekitar pura.
Melalui kesempatan ini pula, beliau menitip pesan kepada kami semua untuk senantiasa berpedoman pada ajaran dharma
dan agama dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan swa-dharma masing-masing.
Setelah selesai dilaksanakan acara persembahyangan yang dilanjutkan dengan acara diskusi dan ramah tamah, kami
mendapatkan ‘surprise’ dari pihak pengempon pura dengan diberikannya hidangan makan malam.
Walaupun dengan meni yg sederhana, tapi itu sangat cukup bagi kami yang sebagian memang sudah sangat kelaparan. 🙂
Perbincangan serta interaksi dengan muda-mudi pura juga sempat terjalin selama berlangsungnya acara diskusi dan ramah
tamah.
Sungguh sambutan yg sangat meriah dari umat disana dalam menyambut kami yang baru kali ini me-tirtayatra kesana.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang paling dalam kepada umat se-dharma yang ada di Jiwan ini,
semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa menganugrahkan Wara Nugraha kepada semua umat manusia.

Selesai acara sekitar jam 10 malam, rombongan langsung mohon pamit dan akan meneruskan perjalanan balik ke jakarta.
Masih ada sekitar 14 jam lagi waktu yang ditempuh untuk mencapai Pura Adityajaya Rawamangun, Jakarta.

Pura Buwana Pertiwi, Klaten


Pura Buwana Pertiwi, Klaten

Pura Buwana Pertiwi, Klaten

Pura Buwana Pertiwi terletak di Dukuh Pendem, Dusun Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Lokasi pura ‘sedikit’ terpencil dengan jalan yang agak kecil tetapi masih bisa dilalui oleh bus yang digunakan oleh
rombongan.

Setelah berjalan kaki sepanjang 700 meter, maka rombongan tiba di Pura Buwana Pertiwi, klaten.

Sedikit sejarah tentang pura ini yang didirikan oleh umat hindu di sekitar dusun jarum yang berjumlah sekitar 30 KK sekitar
setahun yang lalu. Lokasi pura berada di tengah-tengah pemukiman dengan rumah penduduk disekitar yang masih bercirikan ‘tradisional’ sekilas mengingatkan akan suasana di pedesaan.

Suasana Pedesaan disekitar Pura

Suasana Pedesaan disekitar Pura

Piodalan di pura ini akan dilangsungkan pada tanggal 20 juni 2010 bertepatan dengan setahun berdirinya pura.

Secara struktur, bangunan pura masih sama dengan susunan pura secara umum dimana terdapat utamaning, madyaning,
serta nistaning mandala.
Candi bentar ada di jaba tengah dengan gaya arsitektur khas jawa.
Sedangkan utamaning mandala terdapat 3 pelinggih dimana Padmasana berada di paling kiri kemudian diikuti dengan 2
pelinggih disebelah kanannya.

Padmasana

Padmasana


Pelinggih Pura

Pelinggih Pura

Pada saat rombongan melaksanakan persembahyangan, berkesempatan hadir pula Romo Jati dari Cirebon yang selama ini
menjadi tokoh umat di Pura Dalem Cilincing jakarta utara.
Kebetulan beliau berada di daerah klaten untuk memberikan pengarahan serta bimbingan ke umat hindu yang selama ini
belum ‘terjamah’.
Beliau menuturkan bahwa di klaten sendiri terdapat 49 pura yang tersebar di seluruh klaten, dan sebagian besar berada
pada lokasi yang agak terpencil.

Romo berpesan bahwa kita sebenarnya memiliki nenek moyang/leluhur yang sama berasal dari tanah jawa, baik itu hindu
yang ada di bali, maupun di daerah-daerah lain seperti lampung.
Jangan pernah lupa dng leluhur dan ingatlah akan kemuliaan-NYA.
Di akhir sambutan, beliau menyinggung tentang ramalan sabda palon dan naya genggong sebagai ‘pengawal’ Prabu
Brawijaya pada saat runtuhnya kerajaan Majapahit sebelum akhirnya Islam berkembang pesat.
Masa-masa sekarang ini merupakan masa akan ramalan tersebut setelah lebih dari 500 tahun semenjak keruntuhan kerajaan
majapahit.

Rombongan sendiri dijamu dengan sangat baik dan penuh rasa kekeluargaan oleh masyarakat hindu sekitar, dan kita merasa
bangga terhadap mereka semua yang sanggup bertahan ditengah pengaruh ‘angin’.

Acara akan dilanjutkan menuju pura yang terakhir sebelum rombongan akan balik ke jakarta.

Pura Pucang Sari, Klaten Jawa tengah


Pura Pucang Sari

Pura Pucang Sari


Pura Pucang Sari - Madyaning Mandala

Berikut sekilas informasi mengenai Pura Pucang Sari di Kabupaten Klaten yang kami kunjungi pada saat
acara Tirtayatra mahasiswa STAN yang tergabung dalam KMHB (keluarga mahasiswa hindu budha) STAN Jakarta.

Pura Pucang Sari terletak di Desa Pucang, Kecamatan Ceger, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pura ini terletak agak kedalam di tengah pemukiman penduduk yang berbaur antara masyarakat yang memeluk hindu
dan masyarakat non-Hindu.
Pura ini mulai dirintis pada tahun 1985 setelah mendapatkan ‘pembagian’ tanah dari pemerintah pada tahun 1980.
Kalau di runut kebelakang, hindu di desa ini dimulai pada tahun 1965 pada masa pemberontakan G30 S/PKI.
Setelah berakhirnya masa pemberontakan itu, pemerintah mewajibkan masyarakatnya untuk ‘memilih’ agama yang ada
pada saat itu.
Kenapa memilih, karena pada saat itu masih belum jelas dengan yang namanya agama, dimana masih banyak masyarakat
yg masih menjalankan ‘tradisi’ hindu tetapi ber-ktp bukan Hindu.
Masyarakat hindu yg saat itu berjumlah sekitar 60% hanya tersisa 20% saja yang masih memeluk hindu.
Dengan jumlah yg masih tersisa itu, masyarakat hindu menginginkan untuk didirikannya tempat ibadah berupa pura
sebagai sarana mereka untuk menjalankan ibadah serta ‘yadnya’ ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Saat ini terdapat 95 KK dengan sekitar 400 jiwa sebagai pengempon pura.
Dengan swadaya serta bantuan dari umat hindu dari denpasar, maka akhirnya pura ini berdiri.
Sama seperti pura secara umum, Pura Pucang Sari ini terdiri dari utamaning mandala, madyaning mandala,
serta nistaning mandala.
Candi bentar berdiri kokoh di jaba serta madyaning mandala dengan arsitektur khas jawa yang terbuat dari batu hitam
serta ornamen-ornamen yang menggambarkan budaya jawa.
Di utamaning mandala,terdapat 3 pelinggih utama yaitu Padmasana serta 2 pelinggih yg mengapit bangunan
utama Padmasana.

Padmasana Pura Pucang Sari

Padmasana Pura Pucang Sari

Pelinggih itu secara umum merupakan pelinggih Hyang Nglurah di sebelah kiri serta pelinggih Dewa Hyang di sebalah kanan,
tentunya dengan ukiran khas jawa.

Salah Satu Pelinggih di Pura Pucang Sari

Salah Satu Pelinggih di Pura Pucang Sari

Saat rombongan tiba di pura, kami disambut oleh pengempon pura, pihak parisadha phdi klaten serta masayarahat Hindu
sekitar Pura yang terdiri dari kaum tua dan muda.
Kami disambut dengan sangat baik oleh masayarakat hindu disana beserta sajian santap siang yang membuat perut
kami kenyang. 🙂

Acaranya sendiri diawali dengan persembahyangan bersama, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan serta acara
ramah-tamah dan semua larut dalam suasana kekeluargaan dan kebersamaan walaupun banyak juga yang baru kenal
satu sama lain.

Suasana Persembahyangan

Suasana Persembahyangan

Suasana saat Dharma Wacana oleh tokoh Hindu disana

Suasana saat Dharma Wacana oleh tokoh Hindu disana

Terimakasih kami ucapkan kepada pengempon pura,  pihak phdi klaten, serta warga hindu sekitar pura yang sangat
antusias menyambut kami.
Sungguh kami merasa ‘merepotkan’ krama disana.

Semoga tirtayatra kali ini bisa memberikan manfaat bagi kami semua dalam mendekatkan diri kepada-NYA, serta proses
pembelajaran diri dalam melaksanakan interaksi sosial dengan umat se-dharma.

Jayalah Hindu Indonesia.