Candi-Candi Peninggalan Hindu


1. Candi Cetho

Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.

Ciri-cirinya:

Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

2. Candi Asu

Candi Asu

Candi Asu

Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari candi Ngawen). Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya.

Ciri-cirinya :

Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman Wisata candi Prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Melihat ketiga candi tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri Manggala II ( 874 M ).

3. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).

Ciri-cirinya:

Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.

4. Candi Prambanan

Candi Prambanan

Candi Prambanan

Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur. Bandung Bondowoso yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.

5. Candi Gunung Sari

Candi Barong

Candi Barong

Candi Gunung Sari adalah salah satu candi Hindu Siwa yang ada di Jawa. Lokasi candi ini berdekatan dengan Candi Gunung Wukir tempat ditemukannya Prasasti Canggal.

Ciri-cirinya:

Candi Gunung Sari dilihat dari ornamen, bentuk, dan arsitekturnya kemungkinan lebih tua daripada Candi Gunung Wukir. Di Puncak Gunung Sari kita bisa melihat pemandangan yang sangat mempesona dan menakjubkan. Candi Gunung Sari terletak di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Semoga di masa depan Candi Gunung Sari semakin dikenal oleh banyak orang untuk dapat menemukan inspirasi dan keindahannya.

6. Arca Gupolo

Arca Gupolo

Arca Gupolo

Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang terletak di dekat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan posisi duduk.

Ciri-cirinya:

Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang dipakai oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di musim kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana menteri) dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko (ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).

7. Candi Cangkuang

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.

Ciri-ciri nya:

Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

8. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah candi.

Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).

Ciri-cirinya:

Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C).
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.

9. Candi Pringapus

Candi Pringapus

Candi Pringapus

Candi Pringapus adalah candi di desa Pringapus, Ngadirejo, Temanggung 22 Km arah barat laut ibu kota kabupaten Temanggung. Arca-arca berartistik Hindu yang erat kaitanya dengan Dewa Siwa menandakan bahwa Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Candi tersebut dibangun pada tahun tahun 772 C atau 850 Masehi menurut prasasti yang ditemukan di sekitar candi ketika diadakan restorasi pada tahun 1932.

Ciri-cirinya:

Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa. Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis

10. Candi Sukuh

Candi Sukuh

Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.

Ciri-cirinya:

Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.

11. CANDI SAMBISARI

CANDI SAMBISARI terletak di desa Sambisari Kelurahan Purwomartani, lebih kurang 12 km dari pusat Yogyakarta . Nama Sambisari adalah nama sebuah daerah dengan areal persawahan yang subur di Daerah Istimewa Yogayakarta dimana candi itu berada. Untuk mencapai lokasi candi yang terletak sekitar 12 km ke arah timur dari kota Yogyakarta di sebelah utara dari jalan utama antara Yogyakarta dan Solo, dapat ditempuh dengan naik bus jurusan Yogya-Solo sampai kilometer 10 dimana terdapat papan penunjuk jalan menuju candi. Dari tepi jalan besar ini, perjalanan masih sekitar 2 km lagi yang dapat ditempuh dengan naik alat transportasi lokasl, seperti ojek atau dokar/sado.

Candi Sambisari diketemukan sekitar tahun 1966 takkala seorang petani dengan tidak sengaja telah membenturkan cangkulnya pada puncak candi yang terbenam di tanah peladangannya. tetapi dia sempat keheranan saat cangkulnya menyentuh benda keras berupa batu-batu berukir yang diduga merupakan bagian dari reruntuhan sebuah candi. Nama petani itu adalah Karyoinangun yang pertama kali menemukan kembali sebuah kompleks candi yang kemudian diberi nama candi Sambisari sesuai nama daerah ditemukannya candi tersebut.

Menindaklanjuti penemuan tersebut oleh pihak Balai Arkeologi Yogyakarta dilakukan penelitian dan penggalian. Dari hasil penggalian tersebut pada Juli 1966 diperoleh kepastian bahwa daerah tersebut terdapat sebuah situs candi dan dinyatakan sebagai daerah suaka budaya. Setelah itu dimulailah proses penyusunan kembali reruntuhan kompleks candi yang runtuh karena goncangan dan terpendam dari material letusan gunung Merapi ini diperkirakan dari penelitian geologis terhadap material batuan dan tanah yang menimbun komplek candi. Tahun 1987 pemugaran dan melakukan rekontruksi ulang terhadap kompleks candi dapat diselesaikan dengan posisi candi pada kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah sekitar atau sering juga candi Sambisari disebut sebagai candi bawah tanah. Tetapi sebagian ahli arkeologi memperkirakan dulunya situs candi ada di atas permukaan tanah, seperti halnya candi-candi yang lainnya.

Berdasarkan penelitian geologis terhadap batuan candi dan tanah yang telah menimbunnya selama ini, candi setinggi 6 m ini telah terbenam oleh material Gunung Merapi dalam letusan yang hebat pada tahun 1006. Candi Sambisari merupakan candi Hindu dari abad ke-10 yang diperkirakan dibangun oleh seorang Raja dari dinasti Sanjaya, dengan patung Shiwa sebagai mahaguru menepati bilik utamanya.

Candi Sambisari

Candi Sambisari

Kompleks candi Sambisari berlokasi berdekatan dengan bangunan candi yang lain misal Prambanan, Kalasan, Sari. Lokasi candi Sambisari berjarak sekitar 5 km dari kompleks candi Prambanan kearah barat atau sekitar 14 km dari pusat kota Yogyakarta ke arah timur. Candi Sambisari merupakan candi Hindu beraliran Syiwaistis dari abad ke-X dari keluarga Syailendra ini berada di wilayah kabupaten Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat penggalian kompleks candi Sambisari juga ditemukan benda-benda bersejarah lainnya, misalnya perhiasan, tembikar, prasasti lempengan emas.

Dari penemuan tersebut didapat perkiraan bahwa candi Sambisari dibangun tahun
812-838 M saat pemerintahan Raja Rakai Garung dari Kerajaan Mataram Hindu (Mataram Kuno). Kondisi kompleks candi Sambisari sangat terawat dan bersih dan banyak wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara banyak berdatangan mengunjunginya dan menjadi satu paket kunjungan wisata budaya dengan kompleks candi lain di sekitarnya khususnya candi Prambanan yang sudah lebih terkenal.

Kompleks candi Sambisari saat ini tampak dengan empat buah bangunan candi dengan dibatasi oleh tembok mengelilinginya dengan total luas 50 x 48m pada posisi di sekeliling tanah yang telah diadakan penggalian. Pada bangunan candi utama yang terbesar memiliki ketinggian 7,5 meter dan berbentuk bujur sangkar yang berukuran 15,65 x 13,65m pada bagian bawah candinya, sedang badan candi berukuran 5 x5m. Diperkirakan kompleks candi tidak hanya seluas itu tetapi bisa lebih luas jika diadakan penggalian lebih lanjut tetapi dikwatirkan tidak dapat menyalurkan air untuk dibuang karena posisinya lebih rendah daripada sungai yang ada di sebelah baratnya. Pintu masuk ke dalam kompleks candi Sambisari pada keempat sisi bujur sangkar dengan menuruni tangga.

Candi Sambisari berada di bawah permukaan tanah sedalam 6,5 meter. Padahal kenyataannya tinggi candi hanya 7,5 meter. Karenanya, jika dilihat dari samping, candi ini seakan muncul dari bawah tanah. Bagian bawah candi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 13,65 m x 13,65 m. Sedangkan badan candi berukuran 5 m x 5 m. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke IX – X M. Karena letusan Gunung Merapi di tahun 1006, daerah di sekitar ini tertutup oleh bahan-bahan yang berasal dari gunung berapi.

Pintu masuk candi menhadap ke arah barat. Tangga untuk masuk dilengkapi dengan sayap. Di ujung sayap tangga terdapat relief Makara yang disangga oleh dua belah tangan makhluk kate. Keunikan yang lain, candi ini tidak memiliki pilar penyangga. Sehingga bagian dasarnya sekaligus berfungsi sebagai pilar penyangga candi. Di bagian ini terdapat selasar yang mengelilingi badan candi, dan memiliki 12 anak tangga.

Candi Sambisari

Candi Sambisari

Pada bagian luar badan candi terdapat relung-relung untuk menaruh patung. Yang masih ada kini adalah patung Durga di sebelah utara, patung Ganesha di sisi timur, dan patung Agastya di bagian selatan. Dua relung lain yang ada di kanan dan kiri pintu, untuk patung dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nadisywara. Sayang sekali kedua patung itu sudah tidak ada di tempatnya lagi. Sedangkan pada bilik di dalam badan candi terdapat patung Yoni dan Lingga berukuran besar

Selain candi induk tersebut, di depan candi ada 3 buah candi perwara atau candi pendamping. Ukuran dasarnya 4,8 m x 4,8 m, dengan tinggi 5 meter. Namun candi-candi perwara itu belum dipugar sempurna. Sedangkan di seputar candi terdapat pagar tembok batu putih berukuran 50 m x 48 m. Saat ini saluran pembuangan air telah selesai dibangun, sehingga selama musim hujan candi tidak terbenam air.

Ketika diadakan penggalian candi Hindu Syiwaistis ini, ditemukan juga benda-benda bersejarah. Di antaranya beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti lempengan emas. Dari situ diperoleh prakiraan, bahwa Candi Sambisari dibangun tahun 812-838 M, sewaktu Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno diperintah Raja Rakai Garung dari Dinasti Syailendra.

Candi Sambisari

Candi Sambisari

Pada candi utama pintu masuk menghadap ke barat dan terdapat tangga dengan bentuk sayap sisi kanan-kirinya, pada ujung tangga terdepan terdapat hiasan relief Makara disangga oleh dua belah tangan makhluk kate. Berbeda dengan candi lainnya, candi ini tidak terdapat pondasi atau pilar penyangga candi sehingga bagian dasar candi juga merupakan pilar penyangga candi. Pada bilik terdapat patung Syiwa Mahaguru dan juga patung Lingga-Yoni dalam ukuran besar. Patung-patung yang ditempatkan di bagian luar badan candi terdapat relung-relung, patung yang masih ada yaitu patung Durga di sisi utara, Agastya di sisi selatan dan Ganesha di sisi timur. Sedang diperkirakan ada dua patung penjaga pintu Mahakala dan Nadisywara di kanan-kiri pintu yang saat ini tidak ada.

Sedang 3 candi kecil lainnya ada di depan candi induk, yaitu candi perwara atau pendamping yang berukuran 4,8 x 4,8 m pada sisi dasarnya dengan tinggi 5 m. Pada saat ini candi pendamping ini belum direkonstruksi ulang secara sempurna. Jalan menuju ke lokasi kompleks candi dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan, namun belum ada kendaraan umum yang melewati tempat ini sehingga ditempuh dengan ojek atau dokar/delman sekitar 2 km dari tepi jalan Yogya-Solo. Untuk mencapai lokasi candi, dapat ditempuh dengan naik bus jurusan Yogya-Solo sampai kilometer 10 dimana terdapat papan penunjuk jalan menuju candi.

Keunikan Candi

Candi ini terletak sekitar 12 km ke arah timur dari kota Yogyakarta di sebelah utara dari jalan utama antara Yogyakarta dan Solo. Candi Sambisari adalah candi yang sangat unik, candi ini terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah.Itu sebabnya, sering juga candi Sambisari disebut sebagai candi bawah tanah. Tetapi sebagian ahli arkeo-logi memperkirakan dulunya situs candi ada di atas permukaan tanah, seperti halnya candi-candi yang lainnya.

Candi ini dibangun pada abad ke-10. Karena letusan Gunung Merapi di tahun 1006, daerah di sekitar ini tertutup oleh bahan-bahan yang berasal dari gunung berapi.

Bangunan candi utama yang terbesar memiliki ketinggian 7,5 meter dan berbentuk bujur sangkar yang berukuran 15,65 x 13,65m pada bagian bawah candinya, sedang badan candi berukuran 5 x5m.

Diperkirakan kompleks candi bisa lebih luas jika diadakan penggalian lebih lanjut, tetapi dikhawatirkan tidak dapat menyalurkan air untuk dibuang karena posisinya lebih rendah daripada sungai yang ada di sebelah baratnya.

Pintu masuk ke dalam kompleks candi Sambisari terdapat di keempat sisi bujur sangkar dengan menuruni tangga.

Pada candi utama, pintu masuk menghadap ke barat dan terdapat tangga dengan bentuk sayap sisi kanan-kirinya, pada ujung tangga terdepan terdapat hiasan relief Makara disangga dua belah tangan makhluk kate. Berbeda dengan candi lainnya, candi ini tidak terdapat pondasi atau pilar penyangga candi sehingga bagian dasar candi juga merupakan pilar penyangga candi.

Diperkirakan ada dua patung penjaga pintu Mahakala dan Nadisywara di kanan-kiri pintu yang saat ini tidak ada. Sedang 3 candi kecil lainnya ada di depan candi induk, yaitu candi perwara atau pendamping yang berukuran 4,8 x 4,8 m pada sisi dasarnya dengan tinggi

5 m. Saat ini candi pendamping tersebut belum direkonstruksi ulang secara sempurna.

Candi Sambisari mempunyai karakteristik yaitu

Candi ini dibangun langsung di atas tanah tidak pada suatu pondasi

Badan candi berukuran lebih pendek di banding candi – candi lainnya.

12. Candi Ijo, Candi yang Letaknya Tertinggi di Yogyakarta

Candi Ijo

Candi Ijo

Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang menyuguhkan pesona alam dan budaya serta pesawat yang tengah landing. Candi inilah yang membuat landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.

Menyusuri jalan menuju bagian selatan kompleks Istana Ratu Boko adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, terutama bagi penikmat wisata budaya. Bagaimana tidak, bangunan candi di sana bertebaran bak cendawan di musim hujan. Satu diantaranya yang belum banyak menjadi perbincangan adalah Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling tinggi di antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.

Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.

Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha. Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain Ngawen, Plaosan dan Sari.

Ada pula arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Berbeda dengan arca di Candi Prambanan, corak naturalis pada arca di Candi Ijo tidak mengarah pada erotisme.

Menuju bangunan candi perwara di teras ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa). Tepat di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara atau ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api pengorbanan merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi perwara menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa, dan Wisnu.

Salah satu karya yang menyimpan misteri adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti pertapaan. Prasasti lain yang terbuat dari batu berukuran tinggi 14 cm dan tebal 9 cm memuat mantra-mantra yang diperkirakan berupa kutukan. Mantra tersebut ditulis sebanyak 16 kali dan diantaranya yang terbaca adalah

“Om Sarwwawinasa, Sarwwawinasa.” Bisa jadi, kedua prasasti tersebut erat dengan terjadinya peristiwa tertentu di Jawa saat itu. Apakah peristiwanya? Hingga kini belum terkuak.

Mengunjungi candi ini, anda bisa menjumpai pemandangan indah yang tak akan bisa dijumpai di candi lain. Bila menghadap ke arah barat dan memandang ke bawah, anda bisa melihat pesawat take off dan landing di Bandara Adisutjipto. Pemandangan itu bisa dijumpai karena Pegunungan Seribu tempat berdiri candi ini menjadi batas bagian timur bandara. Karena keberadaan candi di pegunungan itu pula, landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.

Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Adanya banyak karya seni rupa hebat tanpa disertai nama pembuatnya menunjukkan pandangan masyarakat Jawa saat itu yang lebih menitikberatkan pada pesan moral yang dibawa oleh suatu karya seni, bukan si pembuat atau kemegahan karya seninya.

13. Istana Ratu Boko

Candi Ratu-Boko

Candi Ratu-Boko

Istana Ratu Boko adalah kompleks istana megah yang dibangun pada abad ke-8. Bangunan yang bisa dikatakan termegah di jamannya itu dibangun oleh salah satu kerabat pendiri Borobudur.

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan ‘Panabwara’. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi ‘kekuatan’ sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.

Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. Disarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.

Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.

Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batu-batu dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah.

14. Candi Gampingan

Candi Gampingan

Candi Gampingan

Candi Gampingan yang ditemukan pada tahun 1995 diduga merupakan bagian dari Situs Gampingan. Bagian kaki candi dihiasi relief beragam jenis hewan, salah satunya burung yang dipercaya mampu membawa pesan dari nirwana.

Tak semua candi memiliki relief cantik yang khas sebab umumnya hanya dihias oleh arca dan relief umum yang terdapat hampir di semua candi. Salah satu yang memiliki relief cantik yang khas itu adalah Candi Gampingan, sebuah candi yang ditemukan secara tak sengaja oleh pengrajin batu bata di Dusun Gampingan, Piyungan, Bantul pada tahun 1995. Meski ukurannya kecil dan sudah tak utuh lagi, Candi Gampingan masih kaya akan relief yang mempesona.

Salah satu relief cantik yang bisa dijumpai di candi ini adalah relief hewan yang ada di kaki candi. Relief hewan di Gampingan begitu natural hingga bisa diketahui jenis hewan yang digambarkan. Cukup jarang candi yang memiliki relief demikian, setidaknya hanya Candi Prambanan dan Mendut yang dikenal memiliki relief serupa. Semua relief itu dihias dengan latar sulur-suluran, yaitu padmamula (akar tanaman teratai) yang diyakini sebagai sumber kehidupan.

Saat YogYES berkeliling, tampak jenis hewan yang mendominasi adalah burung. Terdapat relief burung gagak yang tampak memiliki paruh besar, tubuh kokoh, sayap mengembang ke atas dan ekor berbentuk kipas. Ada pula relief burung pelatuk yang digambarkan memiliki jambul di atas kepala, paruh yang agak panjang dan runcing serta sayap yang tidak mengembang. Selain itu, ada juga ayam jantan yang memiliki dada membusung dan sayap mengembang ke bawah.

Pembuatan relief burung dalam jumlah banyak di candi ini berkaitan keyakinan masyarakat saat itu terhadap kekuatan transedental burung. Diyakini, burung merupakan perwujudan para dewa sekaligus pembawa pesan dari alam para dewa atau nirwana. Burung juga berkaitan dengan kebebasan absolut manusia yang dicapai setelah berhasil meninggalkan kehidupan duniawi, lambang jiwa manusia yang lepas dari raganya.

Relief hewan lain yang juga banyak digambarkan adalah katak. Masyarakat saat itu percaya bahwa katak memiliki kekuatan gaib yang mampu mendatangkan hujan, sehingga katak juga dipercayai mampu meningkatkan produktivitas, karena air hujan yang didatangkan katak bisa meningkatkan hasil panen. Katak yang sering muncul dari air juga melambangkan pembaharuan kehidupan dan kebangkitan menuju arah yang lebih baik.

Hingga kini, relief itu masih menyisakan pertanyaan, apakah sebuah fabel (cerita hewan yang didongengkan pada anak-anak) seperti di Candi Mendut atau gambaran hewan yang sengaja dibuat untuk menunjukkan maksud tertentu. Pertanyaan itu muncul sebab gambaran hewan seperti di Candi Gampingan tak ditemukan dalam kitab yang memuat fabel, seperti Jataka, Sukasaptati, Pancatantra dan versi turunannya.

Candi Gampingan yang diperkirakan dibangun antara tahun 730 – 850 M diyakini merupakan tempat pemujaan Dewa Jambhala (Dewa Rejeki, anak Dewa Siwa). Hal itu didasari oleh penemuan Arca Jambhala ketika penggalian. Jambhala digambarkan sedang dalam keadaan semedi, tubuhnya duduk bersila sementara matanya terpejam. Bagian tubuhnya dihiasi oleh unsur ikonografis (asana) berupa bunga teratai yang memiliki daun berjumlah 8 helai sebagai lambang cakra dalam tubuh manusia.

Figur Jambhala di candi ini berbeda dengan yang ada di candi lainnya. Umumnya, Jambhala di candi lain digambarkan dengan mata lebar yang menatap ke arah pemujanya disertai dengan beragam hiasan yang melambangkan kemakmuran dan kemewahan. Diyakini, penggambaran berbeda ini didasari oleh motivasi pemujaan, bukan untuk memohon kemakmuran tetapi bimbingan agar dapat mencapai kebahagiaan sejati.

Mengunjungi Candi Gampingan akan membawa kita merenungkan kembali tentang jalan yang sudah kita tempuh untuk menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Relief yang didominasi bentuk hewan yang hidup di alam sekitarnya bisa jadi merupakan wujud kearifan masyarakat setempat pada jaman itu dalam merepresentasikan sebuah pesan dari nirwana: untuk hidup sejahtera dan terhindar dari bencana, manusia seharusnya menjaga keselarasan dengan alam.

108 Nama Dewa Siwa


108 Nama Dewa Siwa

Hindu mengajarkan banyak cara dan jalan untuk mewujudkan kebahagiaan dalam hidup. Salah satu cara dan jalan tersebut adalah melalui pengucapan Japa Mantra. Menurut Agni Purana sebagaimana dikutif oleh Sadguru Sant Keshavadas memberikan batasan pengertian Japa yaitu berasal dari suku kata “ja” artinya menghancurkan kelahiran dan kematian dan suku kata “pa “artinya menghancurkan semua dosa. Jadi japa adalah menghancurkan semua dosa dan meniadakan lingkaran kelahiran kematian serta membebaskan jiwa dari keterikatan duniawi. Japa juga berarti pengulangan mantra yang bersifat pikiran/mental.
Jadi Japa Mantra adalah pengulangan nama –nama Tuhan atau aksara-aksara Suci.

Sedangkan mantra yang sering dilantunkan dalam “Japa Mantra” merupakan mantra-mantra untuk memuja kebesaran-NYA, antara lain : Mantra Siwa dengan melantunkan nama-nama/sebutan Siwa, Hare Krisna (Hare Krisna Hare Krisna Krisna Krisna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare), ataupun Gayatri Mantam.
Biasanya dalam melaksanakan Japa Mantra digunakan Genitri sebagai medianya, ataupun bisa menggunakan tangan apabila tidak tersedia Genitri. Tangan kanan digunakan untuk menghitung satuan, sedangkan tangan kanan digunakan untuk menghitung puluhan. Satu putaran sebanyak 108 kali.

Berikut merupakan 108 Nama Siwa yang sering diucapkan dalam melaksanakan “Japa Mantra”.

1. OM ISTHRAYA NAMAHA
Yang permanent / kekal. Ruang Arca
Dewa Shiwa dalam kuil seslalu dalam
satu posisi.

2. OM PRABHVE NAMAHA
Shiwa sebagai pemilik / penguasa alam sesta.

3. OM I ISTHRANAVE NAMAHA
Dengan melantunkan nama nama suci ini, kita memanggil sang Ilahi untuk hadir
dan mendirikan kediamannya secara pweemanent dlm diri kita.

4. OM BIMAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang paling berkuasa.

5. OM PRAVIRA YA NAMAHA.
Shiwa sebagai penyelamat dan pelindung kita.

6. OM VARAYA NAMAHA
Karena Shiwa akan mengabulkan permohonan para bhakta Beliau
juga dipanjatkan dg
hati yg murni

8. OM SARVA ATHANE NAMAHA
Kuil Dewa Shiwa tak terhitung jumlahnya dimana mana.

9. OM SARVAKIYATAYA NAMAHA
Shiwa akan melindungi oara bhaktanya

10, OM SARVASHRI NAMAHA
Shiwa adalah ilahi agung yg meliputi segalanya.

11. OM SARVA KARAYA NAMAHA
Shiwa adalah pelaksana pelaku dan dari karya karya besar.

12. OM BHAVAYA NAMAHA
Shiwa mendengarkan keinginan keinginan batin, yang palin dalam dalam pribadi
kita

13. OM JATINE NAMAHA.
Shiwa yang memiliki jalinan rambut besar.

14. OM CHARMANE NAMAHA
Shiwa memakai sandang dari kulit harimau.

15. OM SHIKHANDANE NAMAHA
Shiwa mengikat rambut / konde untuk mengendalikan gangga

16. OM SARVAGAYA NAMAHA
Shiwa adalah pengedalai dari segala gerakan objeck/benda dlm alam
raya.

17. OM SARVABHAVNAYA NAMAHA.
Shiwa adalah ayah, ibu, saudara dan teman teman kita.

18. OM HARAYA NAMAHA.
Shiwa menghancurkan sifat sifat buruk kita
19. OM HARNA KIYAYA NAMAHA
Shiwa menghancurkan mereka yang jahat.

20. OM SARVABHUTAHAYARA NAMAHA.
Shiwa menghancurkan mereka yang jahat.

21. OM VIRTAYE NAMAHA
Shiwa melakukan semua pekerjaan demi kebaikan para bhakta beliau.

22. OM PRIBAVE NAMAHA.
Shiwa adalah pelayan dari para bhakta beliau, akan tetapi beliau adalah
penguasa dari segalanya.

23. OM NIVARTAYE NAMAHA
Shiwa tidak mengambil apapun dari pihak bhakta beliau, apapun yg kita
persembahkan kepada Shiwa, beliau mengembalikan kepada kita berlipat.

24. OM NIYATAYA NAMAHA.
Kemurahaan hati shiwa adalah mulia dan sejati

25. OM SHASTAVTAYA YAMAHA
Shiwa adalah yg slalu kekal dan
stabil

26. OM DHURVAYA NAMAHA
Shiwa adalah dhurwa atau kutub utara dan selatan yang memberikan ke stabilan
pada bumi

27. OM SHAN SHAN VASNE NAMAHA
Shiwa diumpamakan sebagai seekor sapi jantan lambat dan mantap tetapi stabil

28. OM BAG VATE NAMAHA
Shiwa adalah penyelamat umat manusia pada waktu banjir bah atau pralaya

29. OM KHECHARAYA NAMAHA
Tunggangan Shiwa nandi juga, melangkah dengan mantap dan perlahan seperti
tuannya.

30. OM GO-CHARAYA NAMAHA
Hormat kami kpd nandi & semua sapi
31. OM ARADNAYA NAMAHA
Hormat kami pada pose meditasi dewa Shiwa.

32. OM ABHIVADIYAYA NAMAHA
Sembah hormat kami kepada suara agung / megah dari damaru beliau.

33. OM MAHKARMANE NAMAHA
Sembah dan hormat kami atas karya megah dewa Shiwa.

34. OM TADASWANE NAMAHA
Sembah hormat sujud kami kpd posisi duduk dewa
Shiwa.

35. OM BHUTA BHAVANAYA NAMAHA
Bukan hanya para dewa tetapi para siluman juga memberi hormat kpd dewa Shiwa.

36. OM UNMATVESH PRACHANAYA NAMAHA
Shiwa yg berpakaian sederhana, tetapi memiliki sifat Ilahi

37. OM SARVALOKA PRAJAPATYE NAMAHA.
Shiwa, Dewa semua mahkluk di tiga alam

38. OM MAHARUPAYA NAMAHA
Shiwa pemilik banyak rupa/wujud

39. OM MAHAKARYAYA NAMAHA
Shiwa pelaku banyak mahakarya.

40. OM VIRKHARUPAYA NAMAHA
Shiwa sebagai pemilik nandi tunggangan kendaraan beliau

41. OM MAHAYASHSE NAMAHA
Shiwa pemilik sifat Ilahi yg agung

42. OM OM MAHAT MANE NAMAHA
Semua asura memuliakan Shiwa

43. OM SARVA BHUTATMANE NAMAHA
Shiwa sebagai wujud rupa/universal

44. OM VISVA RUPAYA NAMAHA
Shiwa sebagai wujud rupa universal.

45. OM MAHA HANVE NAMAHA
Shiwa adalah penghacur
utama /agung

46. OM LOKAPALAYA NAMAHA
shiwa menjaga semua orang ditiga alam

47. OM ANTER HITATMANE NAMAHA
Kita harus memahami dan bermeditasi kepada keindahan hati/bathin beliau.

48. OM PRASADAYA NAMAHA
Shiwa adalah pemberi prasad atau mengabulkan permohonan kepada para bhakta.

49. OM HYAGAROBHAYE NAMAHA
Shiwa sebagai pelindung Ibu pertiwi

50. OM PAVITARAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang Murni

51. OM MAHTE NAMAHA
Shiwa membantu para bhakta, meningkat kewujud hidup yg lebih tinggi / mulia

52. OM NIYAMAYA NAMAHA
Shiwa membatu para bhakta yg memuja beliau dgn penuh disiplin

53. OM NIYAMAYA SHRITARA NAMAHA
Karenas Shiwa sendiri adalah kedisiplinan

54. OM SARVA KARMANA NAMAHA
Shiwa yg merancang semua pekerjaan yg dilakukan oleh 4 kasta shg semua
pekerjaan sama mulianya dimata Tuhan

55. OM SWIWAM BHUTAYA
NAMAHA
Shiwalah yang mengendalikan masa lampau kita.

56. OM AEDYE NAMAHA
Shiwa hadir dimasa awal sebelum penciptaan

57. OM ANDI KARAYA NAMAHA
Shiwa adalah pencipta seluruh alam raya.

58. OM HIDAYE NAMAHA
Shiwa adalah sumber dari segala peraturan, dan aturan dlm kosmos/alam semesta
ini

59. OM SHAHASRA KHIYAYA NAMAHA.
Segala hal yang akan tercipta akan berjumpa/ bertemu, berakhir dan akhirnya
menyatu melebur bersama Shiwa, ini dilembangkan dengan linggam.

60. OM VISHALA KHIYAYA NAMAHA
Shiwa penghacur agung dlm Trimurti
61. OM SOHAYA NAMAHA
Shiwa bahkan hadir dalam nafas kita.

62 OM NAXTRA SADIKAYA NAMAHA
Shiwa adalah pengendali semua bintang di alam raya ini.

63. OM CHANDIRYA NAMAHA
Shiwa adalah pengendali bulan

64. OM SURYAYA NAMAHA .
Shiwa adalah pengendali matahari, karena matahari ada dalam tubuh
kita

65. OMSHANYE NAMAHA
Shiwa adalah pengendali shania atau saturnus.

66. OM KETWE NAMAHA
Shiwa adalah pengendali Ketu.

67. OM GRHAYA NAMAHA
Shiwa adalah pengendali semua planet

68. OM GRHAPATAYE NAMAHA
Shiwa adalah penguasa semua planet-planet ini atas organ organ dan emosi
amnusia Yaitu matahari.
mengendali mata kanan, bulan matakiri, dan jantung kita, darah adalah Mars,
lidah adalah mercurius, kepala dan otak oleh yupiter, organ organ produksi dan
kekayaan oleh venus, kekuasaan dan kemuliaan oleh Saturnus, dan
penyeakitpenyakit oleh Rahu dan Ketu.

69. OM WARAYA NAMAHA
Shiwa yg berkuasa dan mruah hati / penuh olas asih.
70. OM AATRAYE NAMAHA
Shiwa hadir disini bersama kita nkarena beliau ada dimana mana.
71. OM AATRAYA NAMASKARTRE NAMAHA
Sembah sujud kepada shiwa yg kekakl dan abadi.

72. OM HIGRA BAN PARINAYA
NAMAHA
Shiwa hadir disudut kecil sekalipun, dalam hutan hutan yg terlebat.

73. OM AANDHAYA NAMAHA
Shiwa hadir diawal penciptaan

74. OM DHINA SANDHIKAYA NAMAHA.
Shiwa memberikan pengetahuan kpd manusia pertama yg terlahir / dilahirkan

75. OM SAMVATSRAYA NAMAHA
Shiwa pengendali empat yuga yaitu, satya yuga, treta yuga, dwapara yuga, dan
kali yuga yg sekarang ini.

76. OM MANTRAYA NAMAHA
Shiwa adalah penerima semua mantra yg dilantunkian / diucapkan.

77. OM PRAMANAYA NAMAHA
Shiwa adalah penguasa agung.

78. OM PARAMA TAPES NAMAHA
Shiwa adalah penguasa agung meditasi.

79. OM YOGINE NAMAHA.
Shiwa adalah yogi Ilahi.

80. OM YOJYAYA NAMAHA
Kita berdoa kpd dewa Shiwa, untuk menanamkan energy dlm diri kita agar menjadi
yogi sejati seperti beliau.

81. OM MAHA BIJAYA NAMAHA
Shiwa adalah benih ilahi,
pelindung alam semesta, bagaikan kulit sekam yang
melindungi bagian dalam sebuah biji / benih

82. OM MAHA RETSE NAMAHA
Memuja Shiwa adalah memuja tuhan menuju Moksha

83. OM MAHA BALAYA NAMAHA
Shiwa adalah yang paling berkuasa, yg dapat membebaskan kita dari cengkraman
kematian untuk mencapai memperoleh moksa.

84. OM SUARNA RETSE NAMAHA.
Shiwa membimbing para bhakta beliau melalui jalan emas menuju moksa.

85. OM SARVA GYAYA NAMAHA
Shiwa memiliki ilmu pengetahuan yg tak terukur / tak terkira

86. OM SUBIJAYA NAMAHA
Shiwa adalah biji benih murni, yang pemujanya dapat membuat kita menjadi murni.

87. OM BIJA VAHNAYA NAMAHA
Shiwa menanamkan benih ketekunan dlm bhakti dihati para bhakta beliau

88. OM MAHA TAPSE NAMAHA
Shiwa adalah mediator agung / ilahi

89. OM GHOR TAPSE NAMAHA.
Shiwa melakukan meditasi besar.

90.
OM AADINAYA NAMAHA.
Shiwa penguasa yg ada, bahkan sebelum penciptaan.

91. OM DASHA BAHVE NAMAHA
Shiwa ádalah dewa bertangan sepuluh

92. OM ANIMI SHAYA NAMAHA
Shiwa hádala yang luhur/suci, Shiwa tidak memiliki nama, krna tidak ada nama yg
sungguh dapat melukiskan shiwa.

93. OM NILA KHATAYA NAMAHA
Shiwa yang berleher biru.

94. OM UMAPHATAYE NAMAHA
Shiwa pendamping Uma / Parwati

95. OM VISVA RUPAYA NAMAHA
Shiwa wujud yang universal

96. OM SUVAYAM SHERSHTHAYA NAMAHA
Estela memuja Shiwa seseorang tidak perlu memuja dewa lain.

97. OM BALA VIRAYA NAMAHA
Shiwa memegang sensata sensata ampuh

98. OM ABALAYA NAMAHA
Shiwa melindungi yg tak berdaya.

99. OM GANAYA NAMAHA
Shiwa melimpahkan rahmat besar kepada parabhakta beliau.

100. OM GANA KARITRE NAMAHA
Shiwa melakukan karya besar bagi umat
manusia.

101. OM GANAPATHAYE NAMAHA
Shiwa adalah dewa para gana dan para guna.

102. OM DIGYASASE NAMAHA.
Shiwa adalah dewa dari empat penjuru.

103. OM KAMAYA NAMAHA
Shiwa yang suci, luhur, mulia, harus dipuja sebelum melaksanakan nkerjaan
apapun.

104. OM MANTRE VIDE NAMAHA
Shiwa adalah sumber dari semua mantram

105. OM PARAMAYA NAMAHA
Shiwa yang berkelimpahan dalam segala hal.

106. OM MANTRAYA NAMAHA
Shiwa adalah penerima semua mantram
yang kita ucapkan

107. OM SHARVARHAWAKARYA NAMAHA
Shiwa adalah pelaku semua pekerjaan dialam semesta.

108. OM HARAYA NAMAHA.
Shiwa adalah penghapus semua dosa dosa kita.

Nokia X6


Nokia X6

Nokia X6

sumber : http://www.nokia.co.id

Spesifikasi

Perbesar semua Tutup semua
Fitur fisik, daya dan memori
Ukuran
Bentuk: Klasik dengan antarmuka pengguna layar sentuh yang dioperasikan dengan jari
Dimensi: 111,0 x 51,0 x 13,8 mm
Berat: 122 g

Layar dan 3D
Layar sentuh kapasitif
Ukuran: 3,2″
Resolusi: 640 x 360 piksel (nHD)
Hingga 16,7 juta warna
Sensor orientasi otomatis (Akselerometer) untuk rotasi layar
Rasio aspek layar lebar 16:9

Tombol dan metode input
Layar sentuh yang dioperasikan dengan jari untuk input teks dan kontrol antarmuka pengguna (papan tombol alfanumerik, papan tombol QWERTY mini dan lengkap, pengenalan tulisan tangan, tulisan tangan layar penuh untuk bahasa Cina)
Tombol sentuh khusus Baris Media untuk mengakses musik, galeri, berbagi online, Pusat Video dan browser web
Perintah suara
Tombol fisik untuk membuka aplikasi (tombol menu), kirim dan akhiri, daya, kamera, kunci, volume naik dan turun
Tombol sentuh Baris Kontak pribadi yang khusus untuk mengakses langsung kontak, feed dan pembaruan status

Warna dan cover
Warna yang tersedia dalam kemasan:
– Hitam/Hitam
– Putih/Merah Muda

Konektor
Konektor USB mikro untuk USB 2.0 Berkecepatan Tinggi ke PC
Konektor AV 3,5 mm Nokia untuk audio dan TV-out
Jack DC kecil

Memori
Memori internal 16 GB

Daya
Baterai standar Li-lon BL-5J 1.320 mAh
Waktu bicara (maksimal):
– GSM 11 jam 30 menit
– WCDMA 6 jam
Waktu siaga (maksimal):
– GSM 420 jam
– WCDMA 450 jam
Waktu playback video (maksimal): – H51nHD 25 fps hingga 3 jam 36 menit
Waktu perekaman video (maksimal): 3 jam 30 menit
Waktu panggilan video (maksimal): 3 jam
Waktu playback musik (maksimal): 35 jam

Fitur lingkungan
Hemat energi: Mode Hemat Daya, sensor lampu lingkungan, pengingat untuk mencabut pengisi daya, High Efficiency Charger AC-8
Konten dan layanan lingkungan: Zona lingkungan via Download!/Ovi Store, konten dan personalisasi, peta untuk optimisasi rute dan navigasi pejalan kaki
Bahan: bebas PVC
Daur ulang: perangkat bisa didaur-ulang hingga 80%
Kemasan: hingga 60 % bahan yang didaur-ulang, bisa didaur-ulang 100 %
Deklarasi Lingkungan oleh Nokia

Komunikasi dan navigasi
Frekuensi pengoperasian
WCDMA 900/1900/2100, GSM/EDGE 850/900/1800/1900
GSM/EDGE 850/900/1800/1900 (varian di Amerika Latin dan Brasil saja)
WCDMA 900/1900/2100, GSM/EDGE 850/900/1800/1900, 2G QB (varian di Cina)
Beralih otomatis antar band GSM
Modus penerbangan

Jaringan data
CSD
HSCSD
GPRS/EDGE kelas A, multislot kelas 11, dengan dukungan modus suara dan data paket simultan
GPRS/EDGE kelas B, multislot kelas 32
WCDMA 2100/1900 dengan dukungan modus suara dan paket data simultan
HSDPA kategori 6, kecepatan maksimal 3,6 Mbps (Download)
WLAN IEEE 802.11 b/g
Dukungan TCP/IP

Konektivitas lokal dan sinkronisasi
Bluetooth versi 2.0 dengan Kecepatan Data yang Ditingkatkan
Dukungan MTP (Mobile Transfer Protocol)
TV out (PAL)
Dukungan untuk sinkronisasi PC dengan Nokia Ovi Suite

Fitur panggilan
Speakerphone handsfree terpadu
Penyaringan nomor untuk olahpesan dan panggilan
Jawab otomatis dengan headset atau kit mobil
Jawab dengan sembarang tombol
Panggilan tunggu, menahan panggilan, pengalihan panggilan
Pencatat waktu panggilan
Catatan panggilan keluar, masuk dan tak terjawab
Panggil ulang otomatis
Panggilan cepat
Speaker-Independent Name Dialling (SIND)
Dukungan nomor panggilan tetap
Tanda getar (internal)
Tombol volume sisi
Diam/bunyi
Baris Kontak untuk 20 kontak dengan gambar dan riwayat komunikasi (SMS, panggilan, olahpesan instan, email, feed web)
Nada dering ucapan
Panggilan konferensi, hingga 6 peserta
Panggilan video: hingga 176 x 144 piksel, rendah hingga 5 fps, normal hingga 10 fps, halus hingga 15 fps

Olahpesan
SMS dengan dukungan SMS bersambung untuk pesan yang panjang
Menghapus beberapa SMS sekaligus
MMS versi 13, ukuran pesan hingga 600 kb
Mengubah ukuran gambar otomatis untuk MMS
Olahpesan audio Nokia Xpress
Kotak masuk umum untuk pesan SMS dan MMS
Penyaringan nomor untuk olahpesan
Daftar distribusi untuk olahpesan
Klien olahpesan instan
Layanan info lokal

E-mail
Protokol yang didukung: IMAP, POP, SMTP
Dukungan untuk lampiran email
Dukungan pemberitahuan email OMA
Nokia Email
Mail for Exchange*
* Beberapa layanan hanya akan tersedia dengan download atau upgrade. Hanya perangkat yang menawarkan fitur pesan multimedia kompatibel atau fitur email saja yang dapat menerima dan menampilkan pesan multimedia. Tampilan konten dapat bervariasi. Beberapa gambar dan nada dering tidak bisa diteruskan.

Penjelajahan Web
Bahasa mark-up yang didukung: HTML, XHTML, WML
Protokol yang didukung: HTTP, WAP, JavaScript
Dukungan TCP/IP
Browser web OSS
Nokia Mobile Search

GPS dan navigasi
A-GPS terpadu
Ovi Maps 3.0

Foto dan suara
Fotografi
Kamera AF 5.0 megapiksel (2.592 x 1.944 piksel)
Format gambar: JPEG/EXIF
Optik Carl Zeiss
Zoom digital 4x
Autofokus
Lampu kilat LED ganda
Modus lampu kilat: Hidup, mati, otomatis, reduksi mata-merah
Modus imbangan putih: otomatis, cerah, mendung, lampu pijar, lampu neon
Pencahayaan otomatis terpusat di tengah; kompensasi eksposur: +2 ~ -2EV pada 0,5 langkah
Modus rekam: foto, berurutan, self-timer, video
Modus suasana: otomatis, manual, potret, lanskap, malam, potret malam
Modus nuansa warna: normal, sepia, hitam-putih, hidup, negatif
Tombol khusus kamera
Orientasi lanskap (horizontal)
Editor gambar pada perangkat
Pencetakan langsung ke printer gambar yang kompatibel
TV out (PAL)

Video
Kamera utama
– Perekaman video hingga 640 x 480 piksel dan hingga 30 fps (kualitas TV), hingga 640 x 352 piksel dan hingga 30 fps (kualitas layar lebar), hingga 320 x 240 piksel dan hingga 30 fps/15 fps (email kualitas tinggi/normal), hingga 176 x 144 dan hingga 15 fps (kualitas berbagi)
– Zoom video digital hingga 4x
Kamera depan
– Perekaman video hingga 176 x 144 piksel, rendah hingga 5 fps, normal hingga 10 fps, halus hingga 15 fps
Format file rekaman video: MP4, 3GP
Format rekaman audio: WAV (normal), AMR (MMS), AAC/MP4 (kualitas tinggi)
Modus imbangan putih video: otomatis, cerah, mendung, lampu pijar, lampu neon
Modus suasana: otomatis, malam
Modus nuansa warna: normal, sepia, hitam-putih, hidup, negatif
Panjang klip (maksimal): 1 jam 30 menit (kualitas tinggi atau normal). Tergantung memori yang tersedia.
RealPlayer
Format file playback video: MPEG4-SP playback 30 fps VGA, MPEG4-AVC playback 30 fps QVGA, WMV9 playback 30 fps QVGA, MPEG4-SP playback 30 fps nHD
Streaming video: 3GPP, CIF
Playback video modus lanskap
Panggilan video: hingga 176 x 144 piksel, rendah hingga 5 fps, normal hingga 10 fps, halus hingga 15 fps
TV out (PAL)
Editor video pada perangkat
Layanan Pusat Video yang didukung: download dan mengalirkan konten video, dukungan WMV, feed video

Playback musik dan audio
Pemutar musik digital Nokia Nseries
– Daftar Putar
– Ekualiser grafis 8-band
– Pemilihan berdasarkan artis, pengarang, album dan genre
– Tampilan grafis album
– Penguat bas, pelebaran stereo, kenyaringan
Format file playback musik: mp3, SPMidi, AAC, AAC+, eAAC+, WMA
Tombol khusus volume dan akses langsung ke Pemutar Musik dari Baris Media
Radio FM stereo
Konektor AV Nokia 3,5 mm
Nokia Ovi Player
Dukungan Nokia Music Store
Dukungan Nokia Podcasting
Nada dering: Nada dering stereo 3D, polifonik 64 nada, nada dering mp3 & video (3 video dan 9 lagu mp3 bawaan)
Speaker stereo efek suara 3D terpadu (chip khusus audio untuk kualitas suara hi-fi sebening kristal)

Rekaman suara dan audio
Perintah suara
Speaker-Independent Name Dialling (SIND)
Perekam suara
Format rekaman audio: AMR, NB-AMR, FR, EFR
Mikrofon stereo digital

Personalisasi: profil, tema, nada dering
Profil yang bisa disesuaikan
Nada dering: Nada dering 3D, polifonik 64 nada, nada dering mp3 & video

Nokia 5800 XpressMusic


Device Description:The Nokia 5800 XpressMusic is a S60 5th Edition device with a resistive touch screen and tactile feedback. The device has a large 3,2“, bright nHD (640 x 360 pixels and 16:9 aspect ratio) color display. The device has variety of input methods: stylus, plectrum and finger touch support for text input and UI control (alphanumeric keypad, full and mini qwerty keyboard, handwriting recognition). Use the Nokia 5800 XpressMusic to connect to mobile broadband using WLAN or HSDPA (3.5G). Find directions and locations with the integrated A-GPS and included maps. Additional features include a 3.2 megapixel camera with dual LED flash, Bluetooth 2.0 +EDR, and USB 2.0 High-Speed. Supported WCDMA frequencies depend on the region where the device is available.

The spesification ::
Technical Specs
Developer Platform
S60 5th Edition
Operating System
Symbian OS v9.4
Resolution
360 x 640
General
Resolution
360 x 640
Color Depth
24 bit
Size
111 x 51.7 x 15.5 mm
Volume
83 cubic centimeters
Weight
109 g
Input Methods
Applications keyCall Creation keyCall Termination keyTouch Screen
Frequency Band
GSM 1800GSM 1900GSM 850GSM 900WCDMA 1900WCDMA 2100WCDMA 850WCDMA 900
Regional Availability
AfricaAsia-PacificEuropeLatin AmericaMiddle EastNorth America
Data Bearer
CSDDual Transfer Mode (MSC 11)EGPRSGPRSHSCSDHSDPAWCDMA
CPU Count
Single CPU
CPU Type
ARM 11
CPU Clock Rate
369 MHz
UAProf Link
Profile 1Profile 2
Consumer Link
Product Home Page
Developer Link
Developer Home Page
Remote Device Access Service
Link to the Service

Extra Features
Accelerometer SensorFlight ModeFOTA Firmware over the AirNokia Maps 2.0Open C API’sProximity SensorStereo FM RDS RadioStereo Handsfree SpeakersStill Image EditorSyncMLThemesTV Out
GPS Features
A-GPS

Java Technology
eSWT UI API 1.0.3IAP Info APIJSR 118 MIDP 2.1JSR 135 Mobile Media APIJSR 139 Connected, Limited Device Configuration (CLDC) 1.1JSR 172 J2ME™ Web Services SpecificationJSR 177 Security and Trust Services API for J2ME™JSR 179 Location API for J2ME™ 1.0JSR 184 Mobile 3D Graphics API for J2ME™ 1.1JSR 205 Wireless Messaging API 2.0JSR 226 Scalable 2D Vector Graphics API for J2ME™ 1.1JSR 234 Advanced Multimedia Supplements 1.1JSR 248 Mobile Service Architecture for CLDCJSR 75 FileConnection and PIM APIJSR 82 Java™ APIs for Bluetooth 1.1Nokia UI API
Java API Access Permissions
Java API Access Permissions
Symbian Certificates
Symbian ASymbian BSymbian CSymbian DUTI Root
Product ID
0x2000DA56
Sensor API Channels
Accelerometer XYZAmbient LightOrientationProximity MonitorRotation

Browser & Flash
Browser
HTML over TCP/IPOSS BrowserWAP 2.0Web RuntimeXHTML over TCP/IP
Flash Lite
Flash Lite 3.0

Multimedia
Camera Resolution
2048 x 1536
Digital Zoom
3 x
Sensor
CMOS 3.2 Megapixel
Focal length
3.7 mm
F-Stop/Aperture
f/2.8
Focus range
10 cm to infinity
Image Format
JPEG/Exif
Camera Features
Auto Exposure, Auto Focus, Carl Zeiss Optics, Flash, Self Timer
Video Resolution
640 x 480
Video Frame Rate
30 fps
Video Zoom
4 x
Video Format
H.263, MPEG-4
Secondary Camera Resolution
320 x 240
Secondary Camera Digital Zoom
2 x
Secondary Camera Image Format
JPEG
Secondary Camera Video Resolution
176 x 144
Secondary Camera Video Frame Rate
15 fps
Secondary Camera Video Format
H.263
Video Features
Video CallVideo EditorVideo PlayerVideo RecorderVideo RingtonesVideo SharingVideo StabilizationVideo Streaming
Video Formats
3GPP formats (H.263)Flash VideoH.264/AVCMPEG-4RealVideo 7,8,9/10WMV 9
Local Video Playback
30 fps
Graphics Formats
BMP, EXIF, GIF87a, GIF89a,JPEG, JPEG 2000, MBM, OTA,PNG, TIFF, WBMP, WMF
Audio Features
Audio EqualizerAudio Recording AACAudio StreamingBluetooth StereoMusic Player1
Audio Formats
AAC, AAC+, AMR-NB, AMR-WB,eAAC+, M4A, MIDI Tones (poly 64), Mobile XMF, MP3, MP4,RealAudio 7,8,10, SP-MIDI, True tones, WAV, WMA
Notes
1Featuring also stereo widening and bass boost.

Memory Functions
Max User Storage
81 MB
NAND Memory
256 MB
Memory Card
Micro SD
Max Memory Card Size
16 GB
Maximum Heap Size
Unlimited
Maximum JAR Size
Unlimited

Connectivity
Local Connectivity
Bluetooth 2.0 +EDRBluetooth Stereo AudioMicro USBNokia AV 3.5mmNokia microUSB Cable CA-101UPnPUSB 2.0 High-SpeedUSB Mass StorageVideo Cable Nokia CA-75U
WLAN support
802.11b/gWEPWPAWPA2 (AES/TKIP)
Bluetooth Profiles
A2DP, AVRCP, BIP, DUN, FTP,GAP, GOEP, HFP, HID, HSP,OPP, PBAP, SAP, SDP, SPP

Messaging
Messaging
IMMMS+SMILSMS
Email Protocol
IMAP4POP3SMTP
Email Solution
Mail for ExchangeOMA E-mail Notification v1.0
Messaging Feature
OMA Multimedia Messaging Service v1.3
Document Formats
Excel, PDF, Powerpoint, Word,Zip
Power Management
Power Management
2.0mm Charger Connector
Battery
BL-5J 3.7V 1320 mAh
GSM Talk Time
8.8 hours
WCDMA Talk Time
5 hours
GSM Standby Time
406 hours
WCDMA Standby Time
400 hours

Other
OMA Device Management
OMA Client Provisioning v1.1OMA Device Management v1.1.2
OMA Data Synchronization
OMA Data Synchronization v1.2
Digital Rights Management
OMA DRM Forward LockOMA DRM v1.0OMA DRM v2.0Windows Media DRM 10
DRM Delivery Method
HTTP DownloadMMSOMA Download v1.0

Recommended Resources
Tools
Carbide.c++Carbide.ui Theme Edition
SDKs
S60 Platform SDKs for Symbian OS

Pendaftaran STAN Jakarta


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada dalam naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli-tenaga ahli di bidang keuangan negara dengan spesialisasi tertentu seperti Akuntansi, Perpajakan, Pajak Bumi dan Bangunan/Penilai, Kebendaharaan Negara, Kepabeanan dan Cukai, dan Kepiutanglelangan. Oleh karena itu, para lulusan dibekali pengetahuan dan keterampilan serta keahlian profesional sesuai dengan spesialisasinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai dan mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

Melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 71/KMK.05/2008 tanggal 31 Maret 2008, STAN ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Alamat Kampus

Jl. Bintaro Utama Sektor V, Tangerang Selatan
Banten – Indonesia 15223

Telepon : (021) 7361654-58

Faksimili: (021) 7361653

Kementerian Keuangan Republik Indonesia akan menerima putra dan putri Warga Negara
Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dengan
spesialisasi sebagai berikut:
1. Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
2. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
3. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Anggaran/Kebendaharaan Negara
4. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pajak
5. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
6. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pajak Bumi dan Bangunan
7. Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi
A. LOKASI UJIAN SARINGAN MASUK (USM)
USM akan diselenggarakan di lokasi-lokasi berikut:
1. Jakarta
2. Banda Aceh
3. Medan
4. Padang
5. Pekanbaru
6. Jambi
7. Bengkulu
8. Palembang
9. Bandar Lampung
10. Cimahi
11. Semarang
12. Yogyakarta
13. Surabaya
14. Malang
15. Denpasar
16. Mataram
17. Kupang
18. Pontianak
19. Banjarmasin
20. Balikpapan
21. Manado
22. Palu
23. Makassar
24. Ambon
25. Sorong
26. Jayapura
B. SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN
1. Berijazah Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) semua Bidang Keahlian tahun 2008,
2009, atau 2010.
2. Nilai rata-rata “Ujian Tulis [gabungan antara Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) dan
Ujian Akhir Sekolah (UAS)]” pada Ijazah (untuk lulusan tahun 2008 dan 2009) atau pada
Ijazah/Ijazah Sementara/Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU)/Surat Tanda Lulus (STL)
(untuk lulusan tahun 2010) tidak kurang dari 7,00 (tujuh koma nol nol) dan nilai
tersebut bukan hasil pembulatan.
3. Bagi pendaftar (calon peserta USM) yang menggunakan ijazah dari sekolah luar negeri,
ijazah yang bersangkutan harus disahkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
4. Umur berdasarkan tanggal lahir yang tercantum dalam Ijazah/Ijazah
Sementara/STL/SKHU tidak lebih dari 21 tahun pada tanggal 1 September 2010
(dalam pengertian bahwa yang lahir sebelum tanggal 1 September 1989 tidak
diperkenankan mendaftar).
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
-2-
5. Tidak cacat badan dan bebas dari narkoba (narkotika dan obat terlarang).
6. Belum menikah dan bersedia untuk tidak menikah selama mengikuti pendidikan.
7. Khusus untuk Program Diploma III dan I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai,
ditambahkan persyaratan sebagai berikut:
a. Berjenis kelamin laki-laki;
b. Tinggi badan minimal 165 cm;
c. Tidak buta warna;
d. Bagi yang memiliki mata minus, tingkat minus mata yang diperbolehkan maksimal
adalah minus 3 dan tidak silindris;
e. Bagi mereka yang dinyatakan lulus ujian tertulis, harus mengikuti dan lulus tes
kesehatan dan kebugaran yang tempat pelaksanaannya akan diumumkan lebih
lanjut.
8. Menyetor biaya USM sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) ke
rekening “Bendahara Administrasi Keuangan BLU STAN” di Bank Mandiri Kantor
Cabang Jakarta Bintaro Jaya Nomor Rekening 128-00-0554888-5, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Setoran dapat dilakukan di setiap bank umum;
b. Periode penyetoran adalah tanggal 28 April 2010 s.d. 4 Juni 2010;
c. Bukti setor harus atas nama calon peserta ujian;
d. Panitia tidak menerima bukti setor kolektif;
e. Bukti setor harus disahkan/divalidasi petugas bank (tidak melalui ATM, Phone
Banking, Internet Banking, dan lain-lain);
f. Uang yang telah disetor tidak dapat diminta kembali dengan alasan apa pun;
g. Biaya yang ditimbulkan akibat penyetoran uang pendaftaran adalah tanggungan
pendaftar (calon peserta ujian).
C. TATA CARA PENDAFTARAN
1. Pendaftaran dilaksanakan pada hari kerja jam 09.00 – 15.00 waktu setempat, tanggal 10
Mei 2010 s.d. tanggal 4 Juni 2010.
2. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di lokasi pendaftaran atau di-download melalui situs
http://www.depkeu.go.id, http://www.bppk.depkeu.go.id dan http://www.stan.ac.id.
3. Pada saat mendaftar, pendaftar (calon peserta ujian) harus menyerahkan secara lengkap
berkas-berkas pendaftaran sebagai berikut:
a. Formulir pendaftaran yang telah diisi secara lengkap;
b. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar;
c. Asli bukti penyetoran uang ujian saringan masuk dari bank yang dimaksud pada
syarat pendaftaran (lihat huruf B nomor 8) beserta fotokopinya sebanyak 1 (satu)
lembar;
d. 1 (satu) lembar fotokopi Ijazah/Ijazah Sementara/STL/SKHU yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Sekolah/pejabat berwenang;
e. 1 (satu) lembar fotokopi kartu identitas diri (KTP, SIM, kartu pelajar, atau kartu
identitas lainnya yang masih berlaku).
4. Pilihan Spesialisasi:
a. Pendaftar (calon peserta ujian) harus menentukan 3 (tiga) pilihan Spesialisasi
berdasarkan urutan prioritas dan ketiga pilihan tersebut tidak boleh sama.
b. Penentuan spesialisasi bagi peserta ujian yang dinyatakan lulus didasarkan atas
pilihan sesuai dengan ketentuan pada butir C.4.a. dan Panitia Penerimaan
Mahasiswa Baru berwenang untuk mengalokasikan peserta yang dinyatakan lulus
ke spesialisasi lainnya.
5. Pendaftar (calon peserta ujian) wajib menyerahkan sendiri berkas pendaftaran di lokasilokasi
pendaftaran yang dapat dipilih sendiri

Pura Satya Dharma Putra, Klaten


Pura terakhir yang dikunjungi oleh rombongan yaitu Pura Satya Dharma Putra yang terletak di Desa Jiwan, Kecamatan
Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pura ini terletak di pelataran gunung merapi di sebelah utaranya.
Perkembangan Hindu di daerah Jiwan ini dimulai pada tahun 1970 an, dan akhirnya pada tahun 1991 berdirilah Pura Satya
Dharma Putra ini.

Pembangunan pura dilakukan secara bertahap dengan dilandasi oleh kekeluargaan dan gotong royong.
Secara umum, bangunan pura juga memiliki 3 bagian utama yaitu utamaning mandala, madyaning mandala, serta nistaning
mandala.
Candi bentar menghiasi pintu masuk dari jaba ke madyaning mandala, sedangkan candi kurung merupakan pintu masuk ke
utamaning mandala, semuanya berbahan batu pasir halus hitam yang dibuat menjadi batu.
Yang unik dari bangun pura di tanah ‘jawa’ adalah hampir semuanya memiliki 3 pelinggih utama di utamaning mandala.

Sama juga dengan pura ini, terdapat Pelinggih Padmasana di tengah, kemudian Pelinggih Ratu Penglurah di sebelah kiri
Padma, serta Pelinggih Hyang Siwa di sebelah kanan Padmasana.
Adanya pendopo di utamaning mandala dengan bangunan khas jawa yang langsung menhadap ke bangunan Padmasana.
Pemangkunya sendiri dalam menghaturkan dan memandu acara persembahyangan menggunakan aksara jawa yang diiringi
dengan kekidungan dalam bahasa jawa pula, seperti kidung turun tirta dalam versi bahasa jawa.
Menurut Mbah Suparsi, salah seorang sepuh dan pengempon pura ini menceritakan sedikit tentang perjuangan masyarakat
hindu disana dalam menjaga eksistensi hindu serta bagaimana kemudian berkembangnya hunduisme.
Beliau menuturkan, memang kalau dilihat secara jumlah, pemeluk agama hindu bisa dibilang merupakan minoritas, namun
apabila dilihat lebih jauh, yang masih menerapkan ‘tradisi’ hindu atau yang dibiling beliau dengan istilah hinduisme bisa
dibilang sangat banyak.
Inilah yg mungkin dibilang sebagai islam hanya di-ktp saja.
Beliau menuturkan bahwa pengempon pura saat ini sekitar 400 an orang yang tersebar disekitar pura.
Melalui kesempatan ini pula, beliau menitip pesan kepada kami semua untuk senantiasa berpedoman pada ajaran dharma
dan agama dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan swa-dharma masing-masing.
Setelah selesai dilaksanakan acara persembahyangan yang dilanjutkan dengan acara diskusi dan ramah tamah, kami
mendapatkan ‘surprise’ dari pihak pengempon pura dengan diberikannya hidangan makan malam.
Walaupun dengan meni yg sederhana, tapi itu sangat cukup bagi kami yang sebagian memang sudah sangat kelaparan. 🙂
Perbincangan serta interaksi dengan muda-mudi pura juga sempat terjalin selama berlangsungnya acara diskusi dan ramah
tamah.
Sungguh sambutan yg sangat meriah dari umat disana dalam menyambut kami yang baru kali ini me-tirtayatra kesana.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang paling dalam kepada umat se-dharma yang ada di Jiwan ini,
semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa menganugrahkan Wara Nugraha kepada semua umat manusia.

Selesai acara sekitar jam 10 malam, rombongan langsung mohon pamit dan akan meneruskan perjalanan balik ke jakarta.
Masih ada sekitar 14 jam lagi waktu yang ditempuh untuk mencapai Pura Adityajaya Rawamangun, Jakarta.

Pura Buwana Pertiwi, Klaten


Pura Buwana Pertiwi, Klaten

Pura Buwana Pertiwi, Klaten

Pura Buwana Pertiwi terletak di Dukuh Pendem, Dusun Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Lokasi pura ‘sedikit’ terpencil dengan jalan yang agak kecil tetapi masih bisa dilalui oleh bus yang digunakan oleh
rombongan.

Setelah berjalan kaki sepanjang 700 meter, maka rombongan tiba di Pura Buwana Pertiwi, klaten.

Sedikit sejarah tentang pura ini yang didirikan oleh umat hindu di sekitar dusun jarum yang berjumlah sekitar 30 KK sekitar
setahun yang lalu. Lokasi pura berada di tengah-tengah pemukiman dengan rumah penduduk disekitar yang masih bercirikan ‘tradisional’ sekilas mengingatkan akan suasana di pedesaan.

Suasana Pedesaan disekitar Pura

Suasana Pedesaan disekitar Pura

Piodalan di pura ini akan dilangsungkan pada tanggal 20 juni 2010 bertepatan dengan setahun berdirinya pura.

Secara struktur, bangunan pura masih sama dengan susunan pura secara umum dimana terdapat utamaning, madyaning,
serta nistaning mandala.
Candi bentar ada di jaba tengah dengan gaya arsitektur khas jawa.
Sedangkan utamaning mandala terdapat 3 pelinggih dimana Padmasana berada di paling kiri kemudian diikuti dengan 2
pelinggih disebelah kanannya.

Padmasana

Padmasana


Pelinggih Pura

Pelinggih Pura

Pada saat rombongan melaksanakan persembahyangan, berkesempatan hadir pula Romo Jati dari Cirebon yang selama ini
menjadi tokoh umat di Pura Dalem Cilincing jakarta utara.
Kebetulan beliau berada di daerah klaten untuk memberikan pengarahan serta bimbingan ke umat hindu yang selama ini
belum ‘terjamah’.
Beliau menuturkan bahwa di klaten sendiri terdapat 49 pura yang tersebar di seluruh klaten, dan sebagian besar berada
pada lokasi yang agak terpencil.

Romo berpesan bahwa kita sebenarnya memiliki nenek moyang/leluhur yang sama berasal dari tanah jawa, baik itu hindu
yang ada di bali, maupun di daerah-daerah lain seperti lampung.
Jangan pernah lupa dng leluhur dan ingatlah akan kemuliaan-NYA.
Di akhir sambutan, beliau menyinggung tentang ramalan sabda palon dan naya genggong sebagai ‘pengawal’ Prabu
Brawijaya pada saat runtuhnya kerajaan Majapahit sebelum akhirnya Islam berkembang pesat.
Masa-masa sekarang ini merupakan masa akan ramalan tersebut setelah lebih dari 500 tahun semenjak keruntuhan kerajaan
majapahit.

Rombongan sendiri dijamu dengan sangat baik dan penuh rasa kekeluargaan oleh masyarakat hindu sekitar, dan kita merasa
bangga terhadap mereka semua yang sanggup bertahan ditengah pengaruh ‘angin’.

Acara akan dilanjutkan menuju pura yang terakhir sebelum rombongan akan balik ke jakarta.

Pura Pucang Sari, Klaten Jawa tengah


Pura Pucang Sari

Pura Pucang Sari


Pura Pucang Sari - Madyaning Mandala

Berikut sekilas informasi mengenai Pura Pucang Sari di Kabupaten Klaten yang kami kunjungi pada saat
acara Tirtayatra mahasiswa STAN yang tergabung dalam KMHB (keluarga mahasiswa hindu budha) STAN Jakarta.

Pura Pucang Sari terletak di Desa Pucang, Kecamatan Ceger, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pura ini terletak agak kedalam di tengah pemukiman penduduk yang berbaur antara masyarakat yang memeluk hindu
dan masyarakat non-Hindu.
Pura ini mulai dirintis pada tahun 1985 setelah mendapatkan ‘pembagian’ tanah dari pemerintah pada tahun 1980.
Kalau di runut kebelakang, hindu di desa ini dimulai pada tahun 1965 pada masa pemberontakan G30 S/PKI.
Setelah berakhirnya masa pemberontakan itu, pemerintah mewajibkan masyarakatnya untuk ‘memilih’ agama yang ada
pada saat itu.
Kenapa memilih, karena pada saat itu masih belum jelas dengan yang namanya agama, dimana masih banyak masyarakat
yg masih menjalankan ‘tradisi’ hindu tetapi ber-ktp bukan Hindu.
Masyarakat hindu yg saat itu berjumlah sekitar 60% hanya tersisa 20% saja yang masih memeluk hindu.
Dengan jumlah yg masih tersisa itu, masyarakat hindu menginginkan untuk didirikannya tempat ibadah berupa pura
sebagai sarana mereka untuk menjalankan ibadah serta ‘yadnya’ ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Saat ini terdapat 95 KK dengan sekitar 400 jiwa sebagai pengempon pura.
Dengan swadaya serta bantuan dari umat hindu dari denpasar, maka akhirnya pura ini berdiri.
Sama seperti pura secara umum, Pura Pucang Sari ini terdiri dari utamaning mandala, madyaning mandala,
serta nistaning mandala.
Candi bentar berdiri kokoh di jaba serta madyaning mandala dengan arsitektur khas jawa yang terbuat dari batu hitam
serta ornamen-ornamen yang menggambarkan budaya jawa.
Di utamaning mandala,terdapat 3 pelinggih utama yaitu Padmasana serta 2 pelinggih yg mengapit bangunan
utama Padmasana.

Padmasana Pura Pucang Sari

Padmasana Pura Pucang Sari

Pelinggih itu secara umum merupakan pelinggih Hyang Nglurah di sebelah kiri serta pelinggih Dewa Hyang di sebalah kanan,
tentunya dengan ukiran khas jawa.

Salah Satu Pelinggih di Pura Pucang Sari

Salah Satu Pelinggih di Pura Pucang Sari

Saat rombongan tiba di pura, kami disambut oleh pengempon pura, pihak parisadha phdi klaten serta masayarahat Hindu
sekitar Pura yang terdiri dari kaum tua dan muda.
Kami disambut dengan sangat baik oleh masayarakat hindu disana beserta sajian santap siang yang membuat perut
kami kenyang. 🙂

Acaranya sendiri diawali dengan persembahyangan bersama, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan serta acara
ramah-tamah dan semua larut dalam suasana kekeluargaan dan kebersamaan walaupun banyak juga yang baru kenal
satu sama lain.

Suasana Persembahyangan

Suasana Persembahyangan

Suasana saat Dharma Wacana oleh tokoh Hindu disana

Suasana saat Dharma Wacana oleh tokoh Hindu disana

Terimakasih kami ucapkan kepada pengempon pura,  pihak phdi klaten, serta warga hindu sekitar pura yang sangat
antusias menyambut kami.
Sungguh kami merasa ‘merepotkan’ krama disana.

Semoga tirtayatra kali ini bisa memberikan manfaat bagi kami semua dalam mendekatkan diri kepada-NYA, serta proses
pembelajaran diri dalam melaksanakan interaksi sosial dengan umat se-dharma.

Jayalah Hindu Indonesia.

Antara Tatwam Asi dan Kasih Sayang


Antara Tatwam Asi dan Kasih Sayang

Terinspirasi oleh lagu yang berjudul “Tat Wam Asi” pada album “Nyanyian Dharma 2” :

remember  tat wam asi,  you and me belong is one…

remember  tat wam asi  foundation to harmony….

swadharma  manusia  patut  ngemargiang  dharma

Ngemanut  ring  agama  sane  utama

Ngulati  kerahajengan  ring  sekala  lan  niskala

Sidha kemargiang  dumogi  sidha

Eling ring tat wam asi, manasida mesikian…

Eling ring tat wam asi, ngulati kerahajengan…

Kalau diperhatikan pada lirik lagu tersebut seakan mengingatkan kita bahwa Hindu mengenal istilah Tat Wam Asi

yang secara sederhana bisa diartikan bahwa “aku adalah kamu dan kamu adalah aku”, atau lebih sederhana lagi

“kamu dan aku adalah satu”.

Tatwam asi merupakan ajaran sosial tanpa batas. Saya adalah kamu, dan sebaliknya kamu adalah saya,

dan segala makhluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain

berarti pula menyakiti diri sendiri (Upadesa, 2002: 42).

Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu

berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil

dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang

sangat dalam.

Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya.

Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain.  Maka dari itu janganlah sekali-kali

menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya,

karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri.

Ajaran tattwam asi mengajak setiap orang untuk turut merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain.

Tattwam asi merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar saling

“asah, asih, asuh” di antara sesama hidup.

Berbicara mengenai tatwam asi, teringat sebuah ungkapan bahwa “apabila kamu dikasi kotoran,

maka balaslah dengan memberi bunga”. Sungguh sebuah ungkapan yang sangat dalam dan mengingatkan bahwa kita

harus memposisikan diri sebagai orang lain bagi diri kita sendiri, dan sedapat mungkin untuk tidak menyakiti orang

lain.

Sedangkan kasih sayang adalah memberi dengan tulus tanpa mengharapakan imbalan.

Kasih Sayang adalah rasa saling mengasihi antara sesama, bisa ke satu orang yang dianggap special atau kasih sayang

yang lebih umum terhadap semua mahluk sebagai sesama ciptaan Tuhan.

Sehingga Kasih sayang tidak hanya terbatas pada sayang antara 2 orang saja, tapi kasih sayang adalah hak setiap

mahluk.

Kasih sayang merupakan bentuk lain dari Tatwam Asi yang mengajarkan mengenai hal yang paling sederhana dan

mandasar mengenai penghormatan dan memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri.

Sebelum kita bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain, maka coba lah untuk melihat diri sendiri,

seberapa besar kita telah mengasihi diri sendiri, demikian juga apa yang bisa kita beri untuk sesama.

Tentu anda pernah ditanya atau mungkin pernah menjawab pertanyaan “Apa kamu sayang aku ?”

Kalaupun tidak pernah, maka setidaknya coba anda tanyakan pada cermin “Apa kamu sayang aku?”

Setidaknya cermin tidak akan menjawab pertanyaan anda tersebut dan kalaupun ada yang menjawab maka anda harus

berhati-hati dengan sekitar anda. 🙂

Kemudian, Bagaimana kalau saya rubah kalimatnya dan menjadi “Aku sayang kamu” atau “Kamu sayang aku”

tanpa ada “keterikatan” untuk memastikan bahwa itu benar.

Apa yang bisa anda rasakan dari 2 kalimat diatas ?

Tentu bisa terlihat bahwa ada semacam keragu-raguan pada kalimat pertama yang masih mempertanyakan

apakah kasih sayang itu benar adanya.

Sudah sering kali kita mendengar cerita yang sangat menyentuh mengenai perjuangan kasih manusia,

baik yang menyangkut kisah percintaan antara 2 orang dengan melewati masa-masa sulit penuh perjuangan yang

bahkan tidak terbayang sama sekali sebelumnya, tetapi dengan kekuatan kasih dan sayang mereka berhasil melaluinya

dan bisa bertahan.

Yang dapat kita tangkap dari cerita cerita tersebut, bahwa kekuatan kasih sayang sangatlah besar dalam

membangkitkan energy positif sebagai sumber semangat yang tidak terhingga, dan bahkan anda tidak terbayang

sebelumnya.

Seperti halnya air yang tiada henti meneteskan kelembutannya sehingga membuat batu yang awalnya kokoh,

lama-lama akan terkikis juga.

Demikian juga dengan kasih sayang apabila terus dipupuk dan diperkuat, maka segala macam rintangan akan bisa

diatasi dan dilewati dengan lancar.

Mengutip jargon dari sebuah iklan yang sering muncul di layar kaca, “talk less, do more”.

Maka, perbanyaklah melakukan aksi nyata untuk menyebarkan kasih sayang kepada sesama,

ketimbang lebih banyak berbicara tetapi tidak ada aksi nyata untuk hal itu.

Jangan ragu untuk menunjukkan kasih sayang anda kepada siapapun, karena keragu-raguan merupakan suatu langkah

mundur dan hanya akan menjadi beban bagi anda.

Tunjukkan bahwa kasih sayang anda sangat berarti bagi orang lain, karena senyum anda sudah menunjukkan kasih

sayang dan keinginan anda untuk melihat sisi lain dari diri anda sendiri.

Akhirnya, Melalui hari kasih sayang yang lebih dikenal dengan Valentine Day ini, maka sebarkanlah kasih sayang ke

semua mahluk di dunia, dan janganlah sekali kali menyakiti orang lain karena sesungguhnya itu tidak ubahnya

menyakiti diri sendiri.

Ingatlah bahwa sesungguhnya aku dan kamu adalah sama, bersumber dari Hyang Widhi.

Bagi anda yang sudah punya pasangan, maka jagalah kasih sayang itu supaya tetap hidup dan akan selalu mengiringi

perjalanan panjang kehidupan yang penuh liku, karena itulah kekuatan yang maha dahsyat.

Bagi yang sedang mencari pasangan, selamat berjuang untuk mencari cinta sejatimu, percayalah bahwa cinta sejatimu

sedang menunggu uluran “kasih sayang”mu dan kan membalas dengan senyum yang paling bahagia.

Selamat hari kasih sayang, semoga damai selalu menyertai..

Mari kita warnai hidup dengan selalu tersenyum dan sebarkan kasih sayang ke semua mahluk…